Rabu, 26 Agustus 2009

Love and Unconditional love


Di jaman Yunani, orang Yunani menggolongkan cinta dalam 3 kategori, yaitu:
1. Cinta kepada Allah (Agape)
2. Cinta kepada lawan jenis (Eros/Erotika)
3. Cinta Persaudaraan (Felio)

Banyak orang mengira bahwa cinta itu sama dengan kasih, apakah benar demikian?
Kita sering melihat seseorang mengatakan mengasihi Allah, tetapi ia menuntut Allah memberkatinya terlebih dahulu. Kita juga sering melihat seseorang yang mengatakan cinta dan mengasihi kekasihnya, tetapi ia mengekang dan dan buta akan cinta. Ada juga seorang ibu yang dikatakan selalu mengasihi anaknya, tetapi mengapa kasih itu pudar di jaman sekarang?...banyak dari mereka menelantarkan anak-anaknya begitu saja...
Bagaimana memahami cinta dan kasih, sesungguhnya cinta tidaklah sama dengan kasih, cinta dan kasih bisa dijelaskan dalam definisi yang berbeda. Seseorang yang yang mencintai, baik itu cinta terhadap lawan jenis atau cinta kepada orang tua, sifat cinta ini masih bisa berubah tetapi kasih tidak pernah berubah.

Cinta selalu menuntut suatu imbalan/pamrih, orang yang mencintai tanpa disadari ia menuntut pamrih supaya orang yang ia cintai bisa menerima cintanya, jika ia tidak mendapatkan itu, cintanya bisa berubah bahkan bisa menjadi kebencian jika seseorang tidak/kurang memahami tentang kasih.

Pada jaman Yunani orang baru mengklasifikasikan tentang cinta, namun pemahaman tentang cinta itu sendiri masih menjadi misteri (belum ada penjelasan yang lebih rational). Bahasa Inggris mengenal kata kasih dan cinta dalam satu kata yang sama “love’, ini disebabkan pemahaman bahwa cinta dan kasih adalh sama karena mengacu pada pengertian tentang cinta dari 3 kalsifikasi abad Yunani. Namun dalam bahasa Indonesia, kita mengenal kata cinta dan kasih ditulis dalam dua kata yang berbeda dan bisa dijelaskan dalam definisi yang berbeda pula.

Perkembangan selanjutnya, manusia menyadari bahwa sebenarnya cinta adalah bentuk tidak sempurna dari kasih, cinta menuntut syarat/kondisi, karena setiap orang yang mengatakan ‘mencintai’ ada keinginan iapun mendapatkan cinta dari pihak ke dua, pada kondisi seperti ini, cinta mengenal suatu perubahan, ketika seseorang menolak cintanya, ia bisa berubah menjadi benci/tidak mencintai. Tetapi orang yang mengasihi tidak menuntut apapun, jika orang yang dikasihi itu mau menerima kasih itu atau tidak menerima kasih tersebut, itu tidak menjadi suatu masalah. Kasih juga tidak pernah bisa disakiti karena kasih selalu mengampuni, jadi kasih tidak mengenal kata sakit hati, yang masih bisa timbul dari cinta.

Kehidupan dalam masyarakat memberi dampak seseorang hanya mengenal/berpikir dalam level ‘mencintai’ bukan ‘mengasihi’ , Karena faktor ekonomi, status sosial, dll.

Jika kita pernah mendengar kalimat ‘Surga ada di telapak kaki ibu” atau ‘sekejam-kejamnya orang tua tidak akan mencelakakan anaknya sendiri’, di jaman sekarang agaknya pemahaman ini sudah terkikis. Seorang ibu tanpa memahami arti ‘kasih’ akan menyiksa anaknya karena stress/himpitan ekonomi, memanfaatkan bahkan membunuh. Seorang wanita yang hamil di luar nikah, karena malu membuang/membunuh anaknya sendiri sering terjadi di jaman sekarang.
Pada akhirnya manusia menyadari bahwa cinta bukanlah kasih, Karena itu dalam perkembangan selanjutnya muncul kata ‘unconditional love’ atau cinta yang tidak menuntut syarat atau tidak melihat/tergantung kondisi, kata baru ini merujuk pada kata ‘kasih’. Karena tidak ditemukan kata kasih dalam bahasa Inggris maka dikenal kata ‘unconditional love’ merujuk pada sifat dari kata itu sendiri. Melihat dari sifat kasih ini sesuai dengan firman Allah yang mengatakan “kasihilah sesamamu manusia seperti engkau mengasihi dirimu sendiri”.

“Firman tuhan yang mengatakan “berilah minum pada mereka yang haus dan makan pada mereka yang lapar dan pakaian bagi mereka yang telanjang”, perintah ini tidak dikhususkan pada orang-orang terdekat saja (ayah, ibu, saudara) /orang yang telah berbuat baik kepada kita saja, tetapi bagi setiap orang.

Kita telah memahami bahwa cinta bukanlah kasih, cinta menuntut syarat dan bukan berharap, cinta juga cenderung berubah, cinta itu juga tidak kekal seperti yang dikumandangkan orang-orang yang sedang jatuh cinta, bahwa cinta itu abadi. Karena cinta dalam kategori erotica bersifat sementara/sampai masa hidup orang tersebut, karena kita hidup di dunia kita mengenal cinta terhadap lawan jenis tetapi dalam kekalan tidak ada kawin dan mengawinkan.

Kasih bersifat abadi karena kasih adalah karakter Allah. Dalam pengadilanNya di akhir jaman kita tetap menemukan kasihNya. Kita juga ingat menjelang kematiaanNya, Ia menunjukkan kasihNya dengan mengampuni salah satu penjahat yang disalib di sampingNya, bahkan Ia mengampuni orang-orang yang sudah menganiaya Dia dalam doaNya. Karena kasih tidak berubah sekalipun ia ditolak dan teraniaya.

Orang yang kurang memahami tentang kasih dan cinta, ia mudah ditipu oleh iblis (cerita ini sudah terjadi berabad-abad sampai sekarang), bahkan ketika ia frustasi karena penolakan cinta, ia bisa rela membunuh hidupnya sendiri, atau mereka yang sedang jatuh cinta tetapi mendapat penolakan dari lingkungan keluarga/masyarakat, mereka membunuh diri mereka sendiri untuk alasan keabadian dan keagungan cinta mereka (cerita-cerita versi Romeo dan Juliet). Orang yang memahami tentang kasih ketika mengalami penolakan dari orang yang ia cintai, ia akan merelakan orang yang ia cintai itu bisa mendapatkan kebahagiaan atas keputusannya sendiri.

Jadi apakah manusia tidak boleh mencintai?...
Setiap orang mempunyai hak untuk mencintai dan dicintai. Cinta yang timbul dalam hati manusia adalah kasih karunia Allah yang diberikan kepada manusia. Adalah suatu keinginan dari Allah supaya menusia beranak-cucu dan memenuhi bumi. Namun demikian adalah lebih baik jika kita tidak sekedar memahami tentang cinta saja tetapi lebih dari itu adalah memahami tentang kasih. Ketika kita kembali kepada Allah, kita bertanggung jawab atas diri kita sendiri (apa yang sudah kita perbuat dan mempertanggungjawabkan talenta yang diberikan Allah) dan barang siapa hidup sesuai kehendak Allah akan hidup abadi seperti malaikat-malaikat di Surga.

Kasih bukanlah cinta. Cinta diberikan kepada orang-orang tertentu saja (keluarga, orang yang kita cintai). Jadi sebenarnya cinta diberikan kepada sedikit orang saja dan bersifat khusus. Tetapi kasih diberikan kepada banyak orang bahkan sampai tidak terbatas dan bersifat universal.

Kasih cenderung mengampuni ketika ia disakiti dan ia menutupi segala perkara, karena itu kasih tidak bisa disakiti. Ia tidak dendam tetapi mengubah sakit hati menjadi obat yang memulihkan dan mempertahankan untuk tetap ada dalam damai sehjahtera. Salah satu sifat kasih yang kontradiktif dengan cinta, kasih itu tidak cemburu.

Dalam hal melayani, jika seseorang masih di level cinta, ia masih bisa merasa cemburu karena status atau kepentingan lain. Tetapi kasih tidak pernah mementingkan status atau hal-hal lain, ia melakukan segala sesuatu dengan pengorbanan yang besar, melawan kelemahan-kelemahan dirinya sendiri dan aniaya/fitnah dari luar demi tujuan melayani dengan benar dan tulus kepada Allah. Ia tidak mencari kedudukan dan kepentingan sendiri.

Seseorang yang mengasihi Allah, ia tidak mengasihi Allah karena Allah sudah menyembuhkan, memberkati, melakukan mujizat atau menolong dia. Tetapi mengasihi Allah karena ketulusan.
Sadrakh, Mesak dan Abednego berkata, “Jika Allah tidak menolong kami dari dapur api, sekali-kali kami tidak akan menyembah patung buatan raja”. Orang yang mempunyai kasih, Allah hidup didalam dirinya.

Cinta mungkin bisa mempersatukan tetapi bukan jaminan untuk bisa mempertahankan. Cinta itu seperti benih tumbuhan yang ditabur yang bisa tumbuh di mana saja, bahkan di padang belantara, tetapi kasihlah yang mengairi sehingga benih itu akan tetap hidup dan menjadi besar.

“Segala sesuatu yang baik bermula dari kasih”.


Written by ~A, 2008

Pemberita dan menjadi pelaku firman Allah


Referensi ayat :
Efesus 6: 13, Lukas 9: 60, II Timotius 4: 1-5, Lukas 4: 43.

Dalam selengkap senjata Allah ada 2 perlengkapan senjata Allah yang saling terkait dengan pemberitaan firman Allah, yaitu
1. Memakai kasut memberitakan injil kerajaan Surga [kasut simbol kerendahan & kerelaan hati].
2. Menggunakan pedang roh yaitu firman Allah.

Tuhan Yesus sendiri sebelum terangkat ke Surga memberikan amanat agung agar semua orang percaya termasuk murud-muridNya memberitakan firman Allah [supaya menjadi imam & saksi bagi Dia].

Pemberitaan firman Allah juga mempunyai kaitan dengan kedatangan Tuhan yang kedua. Ia mengatakan sebelum seluruh tempat di dunia di datangi [dalam pemberitaan firmanNya], Ia sudah akan datang ke dunia. Jadi barang siapa menyampaikan pemberitaan firman Allah, ia juga menanti-nantikan dan mempercepat kedatangan Kristus.

Pemberitaan firman Allah menjadi suatu hal yang penting, supaya suatu hari kelak tidak ada tuntutan lagi kepada Kristus dari pihak mereka yang mengatakan, “mengapa semuanya ini belum pernah aku dengar”.

Tuhan mengatakan “jika kamu tahu harus berbuat baik tetapi kamu tidak melakukannya, kamu berdosa”. Jadi jika kita tahu ada salah satu dari saudara kita yang tersesat dan perlu mendengar akan firman Allah tetapi kita tidak memperingatkannya , ia akan mati karena dosanya, tetapi Tuhan akan menuntut pertanggungan jawab atas kita. Namun jika kita sudah memperingatkannya tetapi ia tidak mengindahkan, ia akan mati karena dosanya, namun kita telah menyelamatkan nyawa kita.

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pemberitaan firman Allah
1. Firman Allah harus diberitakan karena itu adalah perintah Allah sendiri/amanat agung.

2. Firman Allah dapat memberikan kekuatan bagi yang lemah dan pertumbuhan iman bagi mereka yang mendengar, “iman tumbuh dari pendengaran & pendengaran akan firman Kristus”, selain itu firman Allah bisa mejadi peringatan dan bagi mereka yang menyimpang dan tersesat.


3. Firman Allah adalah pedang roh yang dapat mengalahkan perlawanan dari iblis [karena kita tidak bisa memaki perisai iman saja untuk bertahan dari panah api iblis tetapi kita perlu melawan dan mengalahkan/mematahkan kuasa iblis], seperti pada waktu Yesus dicobai di padang gurun.

4. Firman yang diberitakan bertema “injil sepenuh”.
Injil dibedakan menjadi perjanjian lama dan baru, memberitakan injil sepenuh adalah pemberitaan injil mulai dari nubuatan akan datangNya Juru selamat, kelahiran Kristus, pekerjaan-pekerjaan Kristus di dunia, kematianNya/peristiwa penyalibaanNya, kebangkitanNya, kenaikkanNya ke Surga, dan pencurahan Roh Kudus [dalam perejanjian baru].

Jika kita menyampaikan injil dalam perjanjian lama, maka kita akan menyampaikan perkara-perkara besar/peristiwa ajaib Allah yang dilakukan secara langsung/tidak langsung oleh Tuhan atau melalui para umat pilihan Allah untuk menyatakan kebesaranNya dan kasihNya pada manusia.

Dalam perjanjian lama juga disampaikan tentang kitab taurat Musa [10 perjanjian Allah], tetapi manusia gagal melakukan apa yang tertulis dalam kitab ini, bahkan Rasul Paulus mengatakan “karena taurat, manusia malah mengenal akan dosa” [walaupun sebenarnya sebelum kitab taurat ini diberikan manusia sudah berdosa dan mengenal akan dosa].

Mengapa manusia gagal melakukan perintah dalam kitab taurat? karena manusia berusaha dengan kekuatannya sendiri untuk mengerjakan apa yang tertulis dalam kitab ini, kitab ini sebenarnya adalah benar dan perintah kebenaran Allah.

Karena manusia melihat perintah-perintah Allah sebagai suatu beban yang berat untuk dikerjakan. [tidak dikerjakan karena muatan kasih dan kerelaan hati tetapi karena keterpaksaan].

Dalam perkembangan selanjutnya Allah memberi solusi kepada manusia yaitu manusia baru bisa mengerjakan perintah-perintah Allah jika manusia tidak mengerjakan dengan kekuatannya sendiri tetapi harus bersatu dengan kekuatan Allah, karena itu Allah memberikan Roh kudusNya tinggal dalam tubuh kita menjadi Penolong bagi kita, kata mereka, “jadi siapa yang bisa mengerjakan semua ini?”, kata Yesus “apa yang mustahil bagi manusia tidak mustahil bagi Allah”. Dalam hal bagaimana manusia diselamatkan mutlak harus melalui korban kristus, namun kita juga harus memahami bahwa untuk mendapatkan keselamatan itu Allah tidak ingin bekerja sendiri, Ia perlu respons dan kerjasama yang baik/sinergi dengan manusia [menyelaraskan kehendak kita dengan kehendak Allah], jadi sekalipun Allah telah memberikan jalan keselamatan tetapi jika manusia tidak meresponi dan bekerja sama dengan baik dengan Allah, manusia juga tidak akan mendapatkan keselamatan itu [dalam hal tertentu memang Allah mengerjakan sendiri tanpa bantuan siapapun seperti, menciptakan manusia, matahari, bulan dan bintang, bumi dan alam semesta, hewan dan tumbuh-tumbuhan, serta mahluk roh seperti malaikat].

Melalui kedatangan Kristus di dunia, Yesus memberikan teladan kasih kepada manusia. Jadi sebenarnya misi kedatangan Allah tidak hanya menyelamatkan manusia yang berdosa tetapi juga menunjukkan teladan kasih kepada manusia, yaitu apa yang sudah dikerjakan Yesus kepada BapaNya, mentaati perintah BapaNya, mau menderita, dan mati bagi manusia.

Melalui teladan kasih ini, Tuhan Yesus ingin supaya manusia melihat bahwa Ia bisa mengerjakan perintah-perintah Bapanya semata-mata bukan karena keterpaksaan tetapi karena kasih yang timbul dari dalam hatiNya kepada BapaNya. [Banyak kesaksian, manusia yang sudah lahir baru dan hidup dalam Kristus bisa mengerjakan perintah-perintah Allah bahkan rela mati dan berkorban bagi Kristus].

5. Pemberitaan perjanjian lama perlu Karena perjanjian baru tidak akan ada tanpa perjanjian lama [Allah tidak menghapus taurat Musa dalam perjanjian lama, tetapi meneguhkannya].
Contoh peneguhan firman dan hanya bisa dikerjakan saat kita bekerja sama dengan Allah:
Ada firman yang mengatakan, “ jangan kamu berzinah”, firman ini diteguhkan, “jika engkau memandang perempuan dan engkau menyukainya, engkau sudah berzinah didalam hatimu”

Ada firman yang mengatakan, “mata ganti mata, gigi ganti gigi”, Yesus mengatakan, “kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi orang yang menganiaya kamu”, “jika engkau ditampar pipi kirimu, berikan juga pipimu yang lain”.

Firman-firman yang diteguhkan seakan semakin sulit untuk dikerjakan, tetapi Allah ingin menyatakan bahwa kita tidak bisa mengerjakan itu dengan pikiran kita, karena pikiran kita akan mengatakan itu sebagai kebodohan, tetapi jika kita memakai kekuatan dan pikiran Allah kita bisa mengerjakannya dan mengatakan hidupku bukan aku lagi tetapi Kristus hidup di dalam aku.

6. Pemberitaan firman Allah bukanlah keterpaksaan tetapi kehausan karena kasih kepada Allah. Pemazmur mengatakan, “seperti rusa rindu sungaiMu demikianlah jiwaku haus akan Engkau”. Seseorang yang haus/mengasihi akan mengerjakan segala sesuatu tanpa keterpaksaan tetapi dengan suka cita. Tuhan juga tidak suka jika kita mengerjakan perintah Allah [atau memberitakan firman Allah] dengan terpaksa dan dengan sedih hati.

7. Pada akhirnya kita akan memahami bahwa seluruh kitab suci bersumber dari dua hukum yang terutama, yaitu:
“kasihilah Tuhan Alahmu dengan segenap hatimu, dengan segenap jiwamu, dengan segenap kekuatanmu dan dengan segenap akal budimu” dan “kasihilah sesamamu manusia seperti engkau mengasihi dirimu sendiri”.

8. Memahami dan menyadari jika kita sudah melakukan firman Alalh dan menjadi pemberita firman semua bersumber dari Allah. Jangan memberitakan Firman karena motivasi lain, jangan dengan kesombongan [kehilangan esensi kebaikkan>lihat esensi kebaikkan], perlu adanya kerendahan hati.
“Ada banyak karunia Roh, tetapi dikerjakan oleh satu Roh, ada banyak perbuatan yang baik dan pelayanan tetapi dikerjakan oleh satu Allah”.

Pemberita firman adalah seperti sebuah pelita yang menerangi kegelapan, “FirmanMu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku”, tetapi pelita adalah sebuah alat/sarana untuk menerangi, yang membuat pelita itu menyala adalah api yang menyalakan pelita itu [api adalah simbol dari Roh Kudus Allah].

9. Tambahan
Sebenarnya firman Allah tidak pernah berhenti ditulis oleh Allah. Pada jaman dahulu Firman itu ditulis melalui nabi-nabi Allah/orang yang diutus Allah atau oleh Allah sendiri [kitab Taurat], dan akhirnya manusia menyatukannya menjadi satu kumpulan kitab-kitab Allah.

Di jaman sekarang Allah terus menulis firman-firmanNya, tetapi tidak ditulis dalam buku-buku/kitab, melainkan ditulis dalam kehidupan orang-orang percayaNya, melalui mujizat-mujizat yang dilakukan Allah dalam kehidupan mereka, juga melalui nubuatan dan pewahyuan Allah kepada orang-orang percayaNya untuk disampaikan supaya menjadi terang di dalam dunia yang gelap.

Allah tidak pernah berhenti menulis, bekerja, memperhatikan dan menyertai kita dulu, sekarang dan sampai Ia akan datang ke dua kali menjemput kita semua, karena Ia sangat mengasihi kita.
“Aku pergi kepada Bapa dan membuat tempat tinggal bagimu di Surga, supaya dimana Aku berada engkau pun berada”.

“Ketahuilah Aku menyertai engkau sampai kepada akhir jaman”.


Fasilitas yang didapat bagi mereka yang mendengar, memberitakan dan menjadi pelaku firman Allah
1. Hidup berbahagia dan damai sejahtera dalam Allah, “ berbahagia adalah mereka yang mendengar perkataanKu dan yang melakukannya”.
2. Hidup kita dan keluarga kita akan diberkati, Tuhan berjanji barang siapa setia dan taat melayani Dia, Ia akan memelihara dan melindungi kita bahkan anak cucu kita pun diberkati, “sehingga tidak didapati anak cucumu meminta-minta”.
3. Hidup diberkati dan menjadi berkat bagi orang lain.




Written by ~A, 2008