Kamis, 02 September 2010
Kasih terbesar
“Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya…”
Pada suatu siang, sebuah peluru mortir mendarat di sebuah panti asuhan di sebuah perkampungan kecil Vietnam. Seorang petugas panti asuhan dan dua orang anak langsung tewas, beberapa anak lainnya terluka, termasuk seorang gadis kecil yang berusia sekitar 8 tahun.
Orang-orang dari kampung tersebut segera meminta pertolongan medis dari kota terdekat. Akhirnya, seorang dokter Angkatan Laut Amerika dan seorang perawat dari Perancis yang kebetulan berada di kota itu bersedia menolong. Dengan membawa Jeep yang berisi obat-obatan dan perlengkapan medis mereka berangkat menuju panti asuhan tersebut.
Setelah melihat keadaan gadis kecil itu, dokter menyimpulkan bahwa anak tersebut sudah dalam keadaan yang sangat kritis. Tanpa tindakan cepat, anak itu akan segera meninggal kehabisan darah. Transfusi darah adalah jalan terbaik untuk keluar dari masa kritis ini.
Dokter dan perawat tersebut segera mengadakan pengujian singkat kepada orang-orang di panti asuhan - termasuk anak-anak, untuk menemukan golongan darah yang cocok dengan gadis kecil itu. Dari pengujian tersebut ditemukan beberapa orang anak yang memiliki kecocokan darah dengan gadis kecil tersebut.
Sang dokter, yang tidak begitu lancar berberbahasa Vietnam - berusaha keras menerangkan kepada anak-anak tersebut - bahwa gadis kecil itu hanya bisa ditolong dengan menggunakan darah salah satu anak-anak itu. Kemudian, dengan berbagai bahasa isyarat, tim medis menanyakan apakah ada di antara anak-anak itu yang bersedia menyumbangkan darahnya bagi si gadis kecil yang terluka parah.
Permintaan itu ditanggapi dengan diam seribu bahasa. Setelah agak lama, seorang anak mengacungkan tangannya perlahan-lahan, tetapi dalam keraguan ia menurunkan tangannya lagi, walaupun sesaat kemudian ia mengacungkan tangannya lagi.
“Oh, terima kasih,” kata perawat itu terpatah-patah. “Siapa namamu ?”
“Heng,” jawab anak itu.
Heng kemudian dibaringkan ke tandu, lengannya diusap dengan alkohol, dan kemudian sebatang jarum dimasukkan ke dalam pembuluh darahnya. Selama proses ini, Heng terbaring kaku, tidak bergerak sama sekali.
Namun, beberapa saat kemudian ia menangis terisak-isak, dan dengan cepat menutupi wajahnya dengan tangannya yang bebas.
“Apakah engkau kesakitan, Heng ?” tanya dokter itu. Heng menggelengkan kepalanya, tetapi tidak lama kemudian Heng menangis lagi, kali ini lebih keras. Sekali lagi dokter bertanya, apakah jarum yang menusuknya tersebut membuatnya sakit, dan Heng menggelengkan kepalanya lagi.
Tetapi tangisan itu tidak juga berhenti, malah makin memilukan. Mata Heng terpejam rapat, sedangkan tangannya berusaha menutup mulutnya untuk menahan isakan tangis.
Tim medis itu menjadi khawatir, pasti ada sesuatu yang tidak beres. Untunglah seorang perawat Vietnam segera datang. Melihat anak kecil itu yang tampak tertekan - ia berbicara cepat dalam bahasa Vietnam. Perawat Vietnam itu mendengarkan jawaban anak itu dengan penuh perhatian, dan kemudian perawat itu menjelaskan sesuatu pada Heng dengan nada suara yang menghibur.
Anak itu mulai berhenti menangis - dan menatap lembut mata perawat Vietnam itu beberapa saat. Ketika perawat Vietnam itu mengangguk - tampak sinar kelegaan menyinari wajah Heng.
Sambil melihat ke atas, perawat itu berkata lirih kepada dokter Amerika tersebut, “Ia mengira bahwa ia akan mati. Ia salah paham. Ia mengira anda memintanya untuk memberikan seluruh darahnya agar gadis kecil itu tetap hidup.”
“Tetapi kenapa ia tetap mau melakukannya ?” tanya sang perawat Perancis dengan heran.
Perawat Vietnam itu kembali bertanya kepada Heng.. dan Heng pun menjawab dengan singkat :
“Ia sahabat saya..”
(Seperti yang ditulis oleh Kolonel dr. John W. Mansur, - termuat dalam buku “The Missileer”, New York, 2004)
Kiriman dari Lisa Esther.
Pengamen dan Penginjil
Di bawah ini merupakan kesaksian dari pendeta yang kemarin berkotbah di tempat saya. Nama pendetanya Bp Wisnu. Berikut penuturan beliau,
Beberapa waktu yang lalu saya ada pelayanan untuk Youth di daerah Tangerang. Saya naik bis jurusan Tangerang pada siang harinya untuk menuju rumah kakak saya terlebih dulu karena pelayanan tersebut akan berlangsung sore hari. Di dalam bis yang penuh sesak tersebut, masuk pula seorang pengamen cilik usia sekitar 7-8 tahun dengan berbekal kecrekan sederhana (mungkin dari tutup botol)
Berbekal alat musik sederhana tersebut, dia nyanyikan lagu "Yesus ajaib, Tuhanku ajaib...." (~ a song by Ir. Niko, red.) Dan kata-kata tersebut diulang terus menerus. Hampir seluruh penumpang bis memarahi anak tersebut, "Diam kamu! Jangan nyanyi lagu itu lagi. Kalau kamu nggak diam, nanti saya pukul kamu!"
Tapi ternyata anak tersebut tidak menanggapi kemarahan mereka dan dengan berani terus menyanyikan lagu tersebut. Saya dalam hati berkata, "Tuhan, anak ini luar biasa. Kalau saya, belum tentu saya bisa/berani melakukan hal tersebut". Karena bis akan melanjutkan perjalanan menuju tol berikutnya, di pintu tol menuju Serpong (kalau tidak salah), hampir 3/4 penumpang turun dari bis tersebut. Termasuk saya dan pengamen cilik tersebut. Anak kecil itu didorong hingga akhirnya jatuh. Kemudian dia bangkit lagi. Tapi dia didorong oleh massa hingga terjatuh lagi. Semua penumpang bis mengerumuni anak itu. Saya masih ada di situ dengan tujuan jika kemudian anak tsb akan ditempeleng atau dihajar, saya akan berusaha untuk menariknya lari menjauhi mereka.
Seluruh kerumunan itu baik pria maupun wanita menjadi marah, "Sudah dibilang jangan nyanyi masih nyanyi terus! Kamu mau saya pukul?" dst, dst. Anak kecil itu hanya terdiam. Setelah amarah mereka mulai mereda, anak kecil itu baru berbicara, "Bapak-bapak, Ibu-Ibu jika mau pukul saya, pukul saja. Kalau mau bunuh, bunuh saja. Tapi yang Bapak dan Ibu perlu tahu, walaupun saya dipukul atau dibunuh saya tetap akan menyanyikan lagu tersebut." Seluruh kerumunan menjadi terdiam sepertinya mulut mereka terkunci. Kemudian dia melanjutkan, "Sudahlah... . Bapak, Ibu tidak perlu marah-marah lagi. Sini.. saya doakan saja Bapak-Ibu."
Dan apa yang terjadi, seluruh kerumunan itu didoakan satu per satu oleh anak ini. Banyak yang tiba-tiba menangis dan akhirnya mau menerima Tuhan. Saya yang sedari tadi menyaksikan hal tersebut, kemudian pergi meninggalkan kerumunan tsb. Saya melanjutkan naik mikrolet. Jalanan macet krn kejadian tersebut hingga mikrolet melaju dengan sangat lambat. Sopir mikroletnya bertanya, "Ada apa sih Pak? Koq banyak kerumunan?" Saya jawab "O.... Itu ada banyak orang didoakan oleh anak kecil."
Di saat mikrolet melaju dengan sangat pelan, tiba-tiba anak kecil pengamen itu naik mikrolet yang sama dengan saya. Saya kemudian bertanya, "Dik, kamu nggak takut dengan orang-orang itu?"
Jawabnya, "Buat apa saya takut? Roh yang ada dalam diri saya lebih besar dari roh apapun di dunia ini", tuturnya mengutip ayat Firman Tuhan. Lanjutnya, "Bapak mau saya doakan?"
Saya terperanjat, "Kamu mau doakan saya?"
Jawabnya, "Ya kalau Bapak mau."
Saya menjawab, "Baiklah. Kamu boleh doakan saya."
Doanya, "Tuhan berkati Bapak ini. Berkati dan urapi Bapak ini jika sore nanti dia akan ada pelayanan Youth."
Sampai di situ, saya tidak bisa menahan air mata yang deras mengalir. Saya tidak peduli lagi dengan penumpang lain yang mungkin menonton kejadian tersebut. Yang saya tahu bahwa Tuhan sendiri yang berbicara pada anak ini, dari mana dia tahu saya akan ada pelayanan Youth sore ini.
Kesaksian ditutup sampai di situ dan dengan satu kesimpulan, jika kita mau, Tuhan bisa pakai kita lebih lagi. Bukan kemampuan tapi kemauan yang Tuhan kehendaki.
~ kesaksian oleh Pdt. Wisnu
Tuhan memberkati.
Sumber : Renungan Harian
Ditulis ulang dari catatan Blessing Family Centre.
Yesus hadir di Mesir
Keajaiban di Mesir baru-baru ini (Disiarkan di CBS) Seorang muslim di Mesir membunuh istrinya karena membaca alkitab kemudian menguburnya bersama bayi dan anak perempuannya yg berusia 8th. Anak ini dikubur hidup-hidup! Kemudian si suami melaporkan bahwa seorang pama telah membunuh anak-anaknya.
15 hari kemudian, seorang anggota keluarganya yang lain meninggal. Dan ketika mereka hendak menguburkannya, mereka menemukan kedua anak perempuan itu masih hidup!!
Negara sangat kaget mendengar tentang insiden tersebut, dan pria tersebut akan dihukum mati pada akhir Juli. Anak perempuan yg lebih besar ditanyai bagaimana ia dapat bertahan hidup, dan ia menjawab:
"Seorang pria mengggunakan baju putih bersinar, dengan luka menganga di tangannya, datang setiap hari untuk memberi makan kami. Dia juga membangunkan ibu supaya dia dapat menyusui adikku." katanya.
Anak perempuan ini diinterview di salah satu TV Nasional di Mesir, oleh seorang reporter wanita muslim. Dia berkata di TV, "Ini tidak lain adalah Yesus, karena tidak ada lagi yg dapat melakukan hal seperti itu" ia percaya bahwa Isa (Yesus) melakukan hal ini, dan luka-luka itu membuktikan bahwa Dia sungguh-sungguh disalibkan, dan sangat jelas bahwa Dia hidup!! Dan sangat jelas pula bahwa anak kecil itu tidak mungkin mengarang cerita seperti ini, juga tidak mungkin anak-anak ini hidup tanpa keajaiban yang nyata. Para pemuka muslim akan mengalami waktu sulit untuk menyadari apa yang sebenarnya terjadi di sini,sekalipun kepopuleran film "the Passion" tidak membantu!!
Dengan Mesir menjadi pusat media dan pengajaran di Timur Tengah, kami dapat memastikan bahwa cerita ini akan menyebar. Kristus masih berkuasa atas dunia.
The lord says, "I will bless the person who puts his trust in me." (Jeremiah 17)
Tuhan berkata, "Aku akan memberkati setiap orang yang percaya kepada-Ku." (Yeremia: 17)
Yesus berkata, " Barang siapa malu mengakui Aku, Aku pun akan malu mengakui dia di hadapan Bapa."
Ditulis ulang dari catatan Lilis Setyani, desember 2009.
Cangkir yang cantik
Cangkir yang cantik
oleh 'SEMUA PASTI INDAH PADA WAKTUNYA' pada 12 Juni 2010 jam 11:33
Sepasang opa dan oma pergi belanja di sebuah toko souvenir untuk mencari hadiah buat cucu mereka. Kemudian mata mereka tertuju pada sebuah cangkir yang cantik, "Lihat cangkir itu," kata si oma kepada suaminya. "Kau benar, inilah cangkir tercantik yang pernah aku lihat," ujar si opa.
Saat mereka mendekati cangkir itu, tiba-tiba cangkir yang dimaksud berbicara "Terima kasih untuk perhatiannya, perlu diketahui bahwa aku dulunya tidak cantik. Sebelum menjadi cangkir yang dikagumi, aku hanyalah seonggok tanah liat yang tidak berguna. Namun suatu hari ada seorang penjunan dengan tangan kotor melempar aku ke sebuah roda berputar. Kemudian ia mulai memutar-mutar aku hingga aku merasa pusing. Stop ! Stop ! Aku berteriak, Tetapi orang itu berkata "belum !" lalu ia mulai menyodok dan meninjuku berulang-ulang. Stop ! Stop ! teriakku lagi. Tapi orang ini masih saja meninjuku, tanpa menghiraukan teriakanku. Bahkan lebih buruk lagi ia memasukkan aku ke dalam perapian. Panas ! Panas ! Teriakku dengan keras. Stop ! Cukup ! Teriakku lagi. Tapi orang ini berkata "belum !" Akhirnya ia mengangkat aku dari perapian itu dan membiarkan aku sampai dingin.
Aku pikir, selesailah penderitaanku. Oh ternyata belum. Setelah dingin aku diberikan kepada seorang wanita muda dan dan ia mulai mewarnai aku. Asapnya begitu memualkan. Stop ! Stop ! Aku berteriak. Wanita itu berkata "belum !" Lalu ia memberikan aku kepada seorang pria dan ia memasukkan aku lagi ke perapian yang lebih panas dari sebelumnya ! Tolong ! Hentikan penyiksaan ini ! Sambil menangis aku berteriak sekuat-kuatnya. Tapi orang ini tidak peduli dengan teriakanku. Ia terus membakarku. Setelah puas "menyiksaku" kini aku dibiarkan dingin. Setelah benar-benar dingin seorang wanita cantik mengangkatku dan menempatkan aku dekat kaca.
Aku melihat diriku. Aku terkejut sekali. Aku hampir tidak percaya, karena di hadapanku berdiri sebuah cangkir yang begitu cantik. Semua kesakitan dan penderitaanku yang lalu menjadi sirna tatkala kulihat diriku."
Saudara, seperti inilah Allah membentuk kita. Pada saat Ia membentuk kita, tidaklah menyenangkan, sakit, penuh penderitaan, dan banyak air mata. Tetapi inilah satu-satunya cara bagi Allah untuk mengubah kita supaya menjadi cantik dan memancarkan kemuliaan Allah.
"Saudara-saudaraKu, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai pencobaan, sebab kamu tahu bahwa UJIAN terhadap IMANMU menghasilkan KETEKUNAN. Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang supaya kamu MENJADI SEMPURNA dan utuh dan tak kekurangan suatu apapun. Apabila anda sedang menghadapi ujian hidup, jangan kecil hati, karena Alllah sedang membentuk anda. Bentukan-bentukan ini memang menyakitkan tetapi setelah semua proses itu selesai. Anda akan melihat betapa cantiknya Allah membentuk anda." (Yak 1 : 2 - 4)
Kiriman dari Jacko K.
Bunga lili
Dikisahkan, di tepian tebing yang terjal, tumbuhlah setangkai tunas bunga lily. Saat tunas bunga lily mulai bertumbuh, dia tampak seperti sebatang rumput biasa. Tetapi, dia mempunyai keyakinan yang kuat, bahwa kelak dia pasti akan tumbuh menjadi sekuntum bunga lily yang indah.
Rumput-rumput liar di sekitarnya mengejek dan menertawakannya. Burung-burung dan serangga pun menasihatinya agar tunas lily jangan bermimpi menjadi bunga. Mereka pun berkata, "Hai tunas muda, sekalipun kamu bisa mekar menjadi kuntum bunga lily yang cantik, tetapi lihatlah sekitarmu. Di tebing yang terpencil ini, biarpun secantik apa pun dirimu kelak, tidak ada orang yang akan datang melihat dan menikmati keindahanmu."
Diejek seperti itu, tunas bunga lily tetap diam dan semakin rajin menyerap air dan sinar matahari agar akar dan batangnya bertumbuh kuat. Akhirnya, suatu pagi di musim semi, saatnya kuncup pertama pun mulai bertumbuh. Bunga lily merasa senang sekali. Usaha dan kerja kerasnya tidak sia-sia. Hal itu menambah keyakinan dan kepercayaan dirinya.
Dia berkata kepada dirinya sendiri, "Aku akan mekar menjadi sekuntum bunga lily yang indah. Kewajibanku sebagai bunga adalah mekar dan berbunga. Tidak peduli apakah ada orang yang akan melihat atau menikmati keberadaanku. Aku tetap harus mekar dan berbunga sesuai dengan identitasku sebagai bunga lily."
Hari demi hari, waktu terus berjalan. Akhirnya, kuncup bunga lily pun mekar berkembang-tampak indah dan putih warnanya. Saat itulah, rumput liar, burung-burung, dan serangga tidak berani lagi mengejek dan menertawakan si bunga lily.
Bunga lily pun tetap rajin memperkuat akar dan bertumbuh terus. Dari satu kuntum menjadi dua kuntum, berkembang lagi, terus dan terus berkembang, semakin banyak. Sehingga jika dilihat dari kejauhan, tebing pun seolah diselimuti oleh hamparan putih bunga-bunga lily yang indah. Orang-orang dari kota maupun desa, mulai berdatangan untuk menikmati keindahan permadani putih bunga lily. Dan tempat itu pun kemudian terkenal dengan sebutan "Tebing Bunga Lily."
Cerita semangat bunga lily ini menginspirasikan kepada kita, saat kita mempunyai impian, ide, keinginan, atau hal positif yang menjadi keyakinan kita untuk diwujudkan, jangan takut dengan hal apapun dan awali dengan semangat, doa, berpikir jernih
Justru sebaliknya, tetaplah yakin dan berjuang dengan segenap kemampuan yang kita miliki. Buktikan semua mimpi bisa menjadi nyata.
Hanya dengan bukti keberhasilan yang mampu kita ciptakan, maka identitas kita, jati diri kita, lambat atau cepat pasti akan diakui dan diterima; selaras dengan pepatah yang menyatakan: "A great pleasure in life is doing what people say, you cannot do." Kepuasan terbesar dalam hidup ini adalah mampu melakukan apa yang dikatakan orang lain tidak dapat kita lakukan.
Kiriman dari Yohana lina susanti.
Melihat wajah Allah
Dalam bukunya "Blessings and Woes", Megam McKenna menceritakan seorang pemotret yang mengamati dunia lewat lensa kameranya, namun gagal membidik gambar yang terpenting dalam hidupnya. Diakhir tahun 1980'an Ekuador dilanda krisis ekonomi berat. Lalu, dalam proporsi besar sekali, terserang epidemi wabah kolera. Seakan masih kurang, bencana alam silih-berganti memporakporandakan desa-desa maupun kota-kota. PBB dan badan sosial Kristen lainnya meresponi dengan membawakan persediaan jagung, produk2 kedelai, susu, buah2an, tortilla (makanan dari tepung jagung), beras dan kacang2an.
Juru potret itu mengambil posisi di suatu jalan utama dimana orang-orang sakit, yang kelaparan, yang sudah letih lesu saling berbaris menunggu pembagian makanan. Ia sudah terlatih untuk mengawasi hal-hal kecil dan situasi umumnya yang sedang berkembang.
Ia tertarik pada seorang gadis -- kurus kering dan dekil, berusia sekitar 9 atau 10 tahun. Diamatinya, selagi gadis ini dengan sabar antri, matanya selalu tertuju pada tiga anak lain lagi yang saling erat berjongkok di bawah sebuah pohon besar, memayungi diri dan menghindar dari terik panas matahari. Dua bocah laki-laki, berumur 5 dan 7, saling menggandeng seorang gadis kecil sekitar 3 tahun. Karena perhatiannya teralihkan, gadis itu tidak melihat bahwa pekerja-pekerja sosial itu sedang kehabisan persediaan makanan. Jantung ahli potret itu berdetak keras. Kameranya juga sudah siap.
Setelah ber-jam2 terjemur di bawah matahari, gadis kecil itu akhirnya mendapatkan giliran dilayani. Yang ia terima cuma sebuah pisang. Tetapi, reaksinya begitu memukau dan seakan melumpuhkan tukang potret ini. Pertama, wajahnya menyala, bersinar dalam sebuah senyum begitu manis. Ia menerima pisang itu dan membungkuk pada pekerja sosialnya. Lalu cepat-cepat ia berlari menuju ketiga anak kecil di bawah pohon tadi. Dengan amat hati-hati ia menguliti, membaginya rata dalam 3 potong dan dengan hati-hati sekali, ditaruhnya masing-masing ke dalam tangan tiap anak. Bersama-sama mereka menundukkan kepala dan berdoa mengucap syukur! Lalu, perlahan2, mereka memakan potongan pisang, benar-benar menikmati setiap gigitannya, sedang gadis tertua itu mengisapi kulitnya.
Tukang potret itu terdiam seribu bahasa. Tak tertahan lagi, ia mulai menangis tersedu-sedu, lupa sama sekali akan semua kameranya dan akan tujuan utamanya ia hadir disana. Belakangan, setelah sadar kembali, ia bertutur, ketika sedang mengamati gadis itu, ia melihat wajah Allah bersinar. Ia sempat mengintip secuil kecil Kerajaan Allah dalam wajah dan tindakan-tindakan seorang gadis miskin jalanan yang begitu kaya dalam kemurahan hati, cinta kasih dan saling kepedulian.
Ia memang benar : itu memang wajah Allah yang dilihatnya di dalam diri gadis kecil itu yang "mematikan" kebutuhannya sendiri agar orang lain bisa dipuaskan dan hidup. Dan adalah wajah Allah yang kita lihat dalam diri Yesus yang berlutut di lantai, mencuci segala tanah dan kotoran yang melekat di kaki para muridNya, dan membasuh dengan tanganNya sendiri. (JM)
~ Excerpted from Sambuhay by Society of St. Paul The God We Encounter at the Super Table (orig. title). Shared by Joe Gatuslao -- Philippines
Ditulis ulang oleh Octha viany.
Pohon apel
Suatu ketika, hiduplah pohon apel besar dan anak lelaki yang senang bermain-main di bawah pohon apel itu setiap hari. Ia senang memanjatnya hingga ke pucuk pohon, memakan buahnya, tidur-tiduran di bawah teduh dan rindang daun-daunnya. Anak lelaki itu sangat mencintai pohon apel itu. Demikian pula, pohon apel sangat mencintai anak kecil itu. Waktu terus berlalu. Anak lelaki itu kini telah tumbuh besar dan tidak lagi bermain-main dengan pohon apel itu setiap harinya.
Suatu hari ia mendatangi pohon apel. Wajahnya tampak sedih. "Ayo ke sini bermain-main lagi denganku," pinta pohon apel itu.
"Aku bukan anak kecil yang bermain-main dengan pohon lagi," jawab anak lelaki itu. "Aku ingin sekali memiliki mainan, tapi aku tak punya uang untuk membelinya."
Pohon apel itu menyahut, "Duh, maaf aku pun tak punya uang; tetapi kau boleh mengambil semua buah apelku dan menjualnya. Kau bisa mendapatkan uang untuk membeli mainan kegemaranmu. "
Anak lelaki itu sangat senang. Ia lalu memetik semua buah apel yang ada di pohon dan pergi dengan penuh suka cita. Namun, setelah itu anak lelaki tak pernah datang lagi. Pohon apel itu kembali sedih.
Suatu hari anak lelaki itu datang lagi. Pohon apel sangat senang melihatnya datang. "Ayo bermain-main denganku lagi," kata pohon apel.
"Aku tak punya waktu," jawab anak lelaki itu. "Aku harus bekerja untuk keluargaku. Kami membutuhkan rumah untuk tempat tinggal. Maukah kau menolongku?"
"Duh, maaf aku pun tak memiliki rumah. Tapi kau boleh menebang semua dahan rantingku untuk membangun rumahmu," kata pohon apel. Kemudian anak lelaki itu menebang semua dahan dan ranting pohon apel itu dan pergi dengan gembira. Pohon apel itu juga merasa bahagia melihat anak lelaki itu senang, tapi anak lelaki itu tak pernah kembali lagi. Pohon apel itu merasa kesepian dan sedih.
Pada suatu musim panas, anak lelaki itu datang lagi. Pohon apel merasa sangat bersuka cita menyambutnya. "Ayo bermain-main lagi deganku," kata pohon apel.
"Aku sedih," kata anak lelaki itu. "Aku sudah tua dan ingin hidup tenang. Aku ingin pergi berlibur dan berlayar. Maukah kau memberi aku sebuah kapal untuk pesiar?"
"Duh, maaf aku tak punya kapal, tapi kau boleh memotong batang tubuhku dan menggunakannya untuk membuat kapal yang kau mau. Pergilah berlayar dan bersenang-senanglah ." Kemudian, anak lelaki itu memotong batang pohon apel itu dan membuat kapal yang diidamkannya. Ia lalu pergi berlayar dan tak pernah lagi datang menemui pohon apel itu.
Akhirnya, anak lelaki itu datang lagi setelah bertahun-tahun kemudian."Maaf anakku," kata pohon apel itu. "Aku sudah tak memiliki buah apel lagi untukmu."
"Tak apa. Aku pun sudah tak memiliki gigi untuk mengigit buah apelmu," jawab anak lelaki itu.
"Aku juga tak memiliki batang dan dahan yang bisa kau panjat," kata pohon apel.
"Sekarang, aku sudah terlalu tua untuk itu," jawab anak lelaki itu.
"Aku benar-benar tak memiliki apa-apa lagi yang bisa aku berikan padamu. Yang tersisa hanyalah akar-akarku yang sudah tua dan sekarat ini," kata pohon apel itu sambil menitikkan air mata.
"Aku tak memerlukan apa-apa lagi sekarang," kata anak lelaki. "Aku hanya membutuhkan tempat untuk beristirahat. Aku sangat lelah setelah sekian lama meninggalkanmu."
"Oooh, bagus sekali. Tahukah kau, akar-akar pohon tua adalah tempat terbaik untuk berbaring dan beristirahat. Mari, marilah berbaring di pelukan akar-akarku dan beristirahatlah dengan tenang." Anak lelaki itu berbaring di pelukan akar-akar pohon. Pohon apel itu sangat gembira dan tersenyum sambil meneteskan air matanya.
Ini adalah cerita tentang kita semua.
Pohon apel itu adalah orang tua kita.
Ketika kita muda, kita senang bermain-main dengan ayah dan ibu kita.
Ketika kita tumbuh besar, kita meninggalkan mereka, dan hanya datang ketika kita memerlukan sesuatu atau dalam kesulitan.
Tak peduli apa pun, orang tua kita akan selalu ada di sana untuk memberikan apa yang bisa mereka berikan untuk membuat kita bahagia. Anda mungkin berpikir bahwa anak lelaki itu telah bertindak sangat kasar pada pohon itu, tetapi begitulah cara kita memperlakukan orang tua kita.
Sampaikan pada orang tua kita sekarang, betapa kita mencintainya; dan berterima kasih atas seluruh hidup yang telah dan akan diberikannya pada kita.
Kiriman dari 'Semua Karena Kasih'.
Sekawanan angsa
Pernahkah anda amati cara hidup angsa?
Bila musim berganti, biasanya kawanan angsa akan berpindah tempat secara berkelompok. Mereka terbang mencari tempat persinggahan yang baru.
Pada saat rombongan angsa itu mengudara, mereka akan membentuk formasi huruf 'V'. Dikala mereka mengepakkan sayap, maka angsa berikutnya akan terangkat, dan seluruh rombongan akan terbang 71 % lebih cepat dibanding dengan mereka terbang sendiri-sendiri. Kalau kepala rombongan letih, ia akan berpindah tempat ke belakang dan seekor angsa lain akan maju mengambil alih tempatnya. Bila dalam perjalanan ada angsa yang jatuh sakit atau misalnya kena luka tembak dan terpaksa harus meninggalkan formasi, maka otomatis dua ekor angsa lainnya akan undur untuk menopang dan melindunginya lalu mendarat. Mereka akan menunggu hingga temannya sembuh, untuk bergabung dengan rombongan berikutnya.
Sungguh indah kebersamaan di antara para angsa itu. Tanpa pamrih mereka saling menopang, mendukung, menguatkan, dan menghibur. Bagaimana dengan kita? Apakah kita juga memiliki semangat kebersamaan itu?
Hanya dengan semangat kebersamaan, hidup kebersamaan kita akan terasa indah. Jalan yang berat dan berlikupun akan terasa ringan bila kita melangkah dengan semangat saling mendukung dan menopang. Bersama-sama kita juga akan lebih kuat dalam menghadapi rintangan dan persoalan, serta lebih cepat dalam mencapai tujuan.
Masalahnya, justru sering kita membawa keinginan pribadi. Kita enggan hidup dalam semangat kebersamaan itu. Kita cenderung dengan cara halus atau kasar, memaksakan kehendak kita untuk orang lain penuhi. Maka kalau sudah demikian, jangan heran betapa akan rapuhnya kita. Belajarlah pada kawanan angsa itu.
"Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik."
Kiriman dari Lie Ferriando A
Kisah sebungkus kue
Seorang wanita sedang menunggu di bandara suatu malam. Masih ada beberapa jam sebelum jadwal terbangnya tiba. Untuk membuang waktu, Ia membeli buku dan sekantong kue di toko bandara, lalu menemukan tempat untuk duduk. Sambil duduk wanita itu membaca buku yang baru saja dibelinya. Dalam keasyikannya , ia melihat lelaki disebelahnya dengan begitu berani mengambil satu atau dua dari kue yang berada diantara mereka. Wanita tersebut mencoba mengabaikan agar tidak terjadi keributan. Ia membaca, mengunyah kue dan melihat jam. Sementara si Pencuri Kue yang pemberani menghabiskan persediaannya. Ia semakin kesal sementara menit-menit berlalu. Wanita itupun sempat berpikir: “Kalau aku bukan orang baik sudah kutonjok dia!”. Setiap ia mengambil satu kue, Si lelaki juga mengambil satu. Ketika hanya satu kue tersisa, ia bertanya-tanya apa yang akan dilakukan lelaki itu.
Dengan senyum tawa di wajahnya dan tawa gugup, Si lelaki mengambil kue terakhir dan membaginya dua. Si lelaki menawarkan separo miliknya sementara ia makan yang separonya lagi. Si wanita pun merebut kue itu dan berpikir : “Ya ampun orang ini berani sekali, dan ia juga kasar malah ia tidak kelihatan berterima kasih”. Belum pernah rasanya ia begitu kesal. Ia menghela napas lega saat penerbangannya diumumkan. Ia mengumpulkan barang miliknya dan menuju pintu gerbang. Menolak untuk menoleh pada si “Pencuri tak tahu terima kasih”. Ia naik pesawat dan duduk di kursinya, lalu mencari bukunya, yang hampir selesai dibacanya. Saat ia merogoh tasnya, ia menahan nafas dengan kaget. Disitu ada kantong kuenya, di depan matanya !!! Koq milikku ada disini erangnya dengan patah hati. Jadi kue tadi adalah milik lelaki itu dan ia mencoba berbagi. Terlambat untuk minta maaf, ia tersandar sedih. Bahwa sesungguhnya dialah yang kasar, tak tahu terima kasih, dan dialah pencuri kue itu !
Dalam hidup ini kisah pencuri kue seperti tadi sering terjadi. Kita sering berprasangka dan melihat orang lain dengan kacamata kita sendiri serta tak jarang kita berprasangka buruk terhadapnya. Orang lainlah yang selalu salah, Orang lainlah yang patut disingkirkan, Orang lainlah yang tak tahu diri, Orang lainlah yang berdosa, Orang lainlah yang selalu bikin masalah, Orang lainlah yang pantas diberi pelajaran.
Kiriman dari Teddy A.
Wilma rudolph
Wilma Rudolph, lahir dari keluarga yg sangat miskin 23 Juni 1940, di-Tennesee, USA. Anak ke-20 dari 22 bersaudara. Ayahnya hanya seorang porter KA / kuli angkut barang & ibunya hanya tukang masak & cuci baju tetangga. Hidup mereka benar2 miskin.
Saat usia 4 tahun, ia menderita radang paru2 & demam tinggi yg menyebabkan kakinya lumpuh karena polio. Orgtuanya tak mampu membeli obat karena waktu itu Amerika masih ada rasiaiisme yg membuat org2 kulit hitam mendapatkan perlakuan buruk dlm kesehatan & pendidikan. Akhirnya, la harus menggunakan kruk/penyangga & dokter menyatakan bahwa kakinya akan lumpuh selamanya. Tetapi ibunya terus berdoa pd TUHAN & memberi keyakinan pd Wilma bahwa ia pasti normal kembali. Di-saat yg buruk, kakinya yg lumpuh semakin mengecil & hanya terjuntai ke-bawah tak bereaksi apapun. Namun Wilma terus mengucapkan kata2 iman & berkata "Aku akan menjadi wanita tercepat di-dunia di-lintasan lari." & ia terus mencoba berdiri, walau sdh ribuan kali ia mencoba & jatuh. Ia tak menyerah.
Pada usia 9 tahun, ia nekat melanggar nasehat dokter & membuang tongkatnya & melakukan langkah pertama yg menurut dokter2 takkan pernah dapat dilakukannya. Selama 3 tahun ia terus mencoba melangkah, berjalan & berlari. Pada usia 13 tahun ia mengikuti lomba lari pertama kalinya & menjadi peserta satu2nya yg berkaki tak sempurna. Ia kalah. Tapi Wilma terus melaju. Ia terus bertanding di-ratusan lomba & mengalami ratusan kekalahan. Hingga suatu hari ia berhasil menang lomba lari dlm satu kejuaraan Provinsi yg membuatnya berhasil meraih beasiswa di-Tennesee State University & mempertemukannya dgn seorang pelatih atletik bernama Ed Temple.
Wilma berkata pd Ed "Saya ingin menjadi wanita tercepat di-lintasan atletik dunia." Dibawah bimbingan Ed, Wilma terus berlatih siang malam, mengatasi berbagai rintangan, bertanding dalam ratusan lomba & terus melaju hingga akhirnya Sejarah mencatat, pada Olimpiade tahun 1960, Wilma Glodean Rudolph, Seorang wanita kulit hitam pertama yg pernah menderita polio & lumpuh, akhirnya menjadi juara Olimpiade & memenangkan 3 medali emas di-lintasan lari 100 meter, 200 meter & estafet 400 meter & menjadi wanita tercepatdi-dunia di-lintasan lari.
Sumber : Renungan Harian
Pita kuning
Pada tahun 1971 surat kabar New York Post menulis kisah nyata tentang seorang pria yang hidup di sebuah kota kecil di White Oak, Georgia, Amerika. Pria ini menikahi seorang wanita yang cantik dan baik, sayangnya dia tidak pernah menghargai istrinya. Dia tidak menjadi seorang suami dan ayah yang baik. Dia sering pulang malam-malam dalam keadaan mabuk, lalu memukuli anak dan isterinya.
Satu malam dia memutuskan untuk mengadu nasib ke kota besar, New York.
Dia mencuri uang tabungan isterinya, lalu dia naik bis menuju ke utara, ke kota besar, ke kehidupan yang baru. Bersama-sama beberapa temannya dia memulai bisnis baru. Untuk beberapa saat dia menikmati hidupnya. Sex, gambling, drug. Dia menikmati semuanya.
Bulan berlalu. Tahun berlalu. Bisnisnya gagal, dan ia mulai kekurangan uang. Lalu dia mulai terlibat dalam perbuatan kriminal. Ia menulis cek palsu dan menggunakannya untuk menipu uang orang. Akhirnya pada suatu saat naas, dia tertangkap. Polisi menjebloskannya ke dalam penjara, dan pengadilan menghukum dia tiga tahun penjara.
Menjelang akhir masa penjaranya, dia mulai merindukan rumahnya. Dia merindukan istrinya. Dia rindu keluarganya. Akhirnya dia memutuskan untuk menulis surat kepada istrinya, untuk menceritakan betapa menyesalnya dia. Bahwa dia masih mencintai isteri dan anak-anaknya.
Dia berharap dia masih boleh kembali. Namun dia juga mengerti bahwa mungkin sekarang sudah terlambat, oleh karena itu ia mengakhiri suratnya dengan menulis, "Sayang, engkau tidak perlu menunggu aku. Namun jika engkau masih ada perasaan padaku, maukah kau nyatakan? Jika kau masih mau aku kembali padamu, ikatkanlah sehelai pita kuning bagiku, pada satu-satunya pohon beringin yang berada di pusat kota. Apabila aku lewat dan tidak menemukan sehelai pita kuning, tidak apa-apa. Aku akan tahu dan mengerti. Aku tidak akan turun dari bis, dan akan terus menuju Miami. Dan aku berjanji aku tidak akan pernah lagi menganggu engkau dan anak-anak seumur hidupku."
Akhirnya hari pelepasannya tiba. Dia sangat gelisah. Dia tidak menerima surat balasan dari isterinya. Dia tidak tahu apakah isterinya menerima suratnya atau sekalipun dia membaca suratnya, apakah dia mau mengampuninya? Dia naik bis menuju Miami, Florida, yang melewati kampung halamannya, White Oak. Dia sangat sangat gugup. Seisi bis mendengar ceritanya, dan mereka meminta kepada sopir bus itu, "Tolong, pas lewat White Oak, jalan pelan-pelan...kita mesti lihat apa yang akan terjadi..."
Hatinya berdebar-debar saat bis mendekati pusat kota White Oak. Dia tidak berani mengangkat kepalanya. Keringat dingin mengucur deras. Akhirnya dia melihat pohon itu. Air mata menetas di matanya...
Dia tidak melihat sehelai pita kuning...
Tidak ada sehelai pita kuning....
Tidak ada sehelai......
Melainkan ada seratus helai pita-pita kuning....bergantungan di pohon beringin itu...Ooh...seluruh pohon itu dipenuhi pita kuning...!!!!!!!!!!!!
Kisah nyata ini menjadi lagu hits nomor satu pada tahun 1973 di Amerika.Sang sopir langsung menelpon surat kabar dan menceritakan kisah ini.Seorang penulis lagu menuliskan kisah ini menjadi lagu, "Tie a Yellow Ribbon Around the Old Oak Tree", dan ketika album ini di-rilis pada bulan Februari 1973, langsung menjadi hits pada bulan April 1973. Sebuah lagu yang manis, namun mungkin masih jauh lebih manis jika kita bisa melakukan apa yang ditorehkan lagu tersebut,...\
If God always forgive you,.. will you forgive the others ? .. think wisely .. !!!. Dan memaafkan juga tidak akan membuat kita rugi karena justru kita akan mendapat berkat.
Kiriman dari Yohana Lina Susanti.
Pelajaran dari sekawanan angsa
Ada seorang pria yang tidak percaya Tuhan, bahkan ia ragu mengenai keberadaan Tuhan. Ia dan keluarganya tinggal di suatu daerah pertanian. Istrinya adalah orang yang percaya kepada Tuhan dan mendidik anak-anaknya dengan ajaran agama. Kadang-kadang pria itu mengejek keyakinan istrinya dan terus-menerus meyakinkan istrinya bahwa Tuhan itu tidak ada.
"Itu omong kosong! Kenapa Tuhan merendahkan diri-Nya sendiri dan menjadi manusia seperti kita? Itu adalah cerita yang paling menggelikan.." kata pria itu.
Pada suatu hari di musim salju, istri dan anak-anaknya pergi ke gereja dan meninggalkan pria itu di rumah sendirian. Setelah mereka pergi, tiba-tiba angin bertambah kencang dan salju mulai turun di tengah-tengah badai. Pria itu duduk untuk bersantai di depan api unggun.
Kemudian, ia mendengar suatu bunyi yang sangat keras. Sesuatu telah menghantam jendela rumahnya. Dan, muncul lagi bunyi hantaman tersebut.
Ia melihat dari jendela untuk mengetahui apa yang terjadi, tetapi ia tidak dapat melihat apa-apa. Lalu ia nekad keluar untuk melihat lebih jelas. Di lahan dekat rumahnya, ia melihat suatu kejanggalan, yaitu sekawanan angsa.
Angsa-angsa tersebut tampaknya hendak terbang untuk mencari daerah yang lebih hangat di selatan, tetapi mereka terjebak di badai salju ini. Badai salju tersebut telah menutupi penglihatan mereka untuk terbang ke selatan.
Mereka terjebak di tanah pertanian pria itu, tanpa makanan dan tempat bernaung, tidak bisa melakukan apa-apa, hanya menggeleparkan sayap mereka dan terbang pendek tanpa arah. Pria itu merasa kasihan melihat sekawanan angsa tersebut dan ingin membantu mereka. Ia berpikir, gudang di tanah pertaniannya mungkin bisa menjadi tempat yang baik bagi sekawanan angsa itu untuk tinggal. Tempat itu hangat dan aman, tentunya mereka dapat tinggal di situ semalam sambil menunggu badai salju berhenti. Maka, ia membuka pintu gudang tersebut bagi sekawanan angsa tersebut.
Ia menunggu, mengamati mereka, berharap mereka memperhatikan pintu gudang yang terbuka itu dan masuk ke dalam. Akan tetapi, sekawanan angsa tersebut tidak menyadarinya. Kemudian, ia berjalan menuju mereka untuk mendapatkan perhatian mereka, tetapi mereka malah menghindar darinya karena ketakutan.
Ia masuk ke rumah dan keluar dengan membawa beberapa potong roti, memecahkan roti itu, dan menjatuhkan roti itu untuk membuat jejak ke gudang bagi sekawanan angsa tersebut. Tetapi angsa-angsa tersebut tidak mengerti apa yang dilakukannya.
Pria itu mulai frustasi, maka ia mulai mencoba mengusir sekawanan angsa itu ke arah gudang. Angsa-angsa tersebut panik dan berkeliaran ke segala arah kecuali ke arah gudang itu. Tidak ada yang bisa ia lakukan untuk menunjukkan angsa-angsa tersebut ke arah yang benar di mana mereka bisa tinggal dengan aman, hangat dan terlindungi.
Akhirnya, pria itu benar-benar frustasi, ia berseru, "Kenapa mereka tidak mengikutiku ? Apakah mereka tahu, bahwa gudang itu adalah satu-satunya tempat di mana mereka bisa selamat dari badai salju ? Bagaimana bisa aku mengajak mereka ke suatu tempat untuk menyelamatkan mereka ?"
Ia berpikir sejenak dan menyadari bahwa angsa-angsa tersebut tidak ingin mengikuti manusia. Ia berkata kepada dirinya sendiri, "Bagaimana aku bisa menyelamatkan mereka ? Satu-satunya cara yang mungkin adalah menjadi salah satu dari mereka. Jika aku bisa menjadi salah satu dari mereka, maka aku pasti bisa menyelamatkan mereka. Mereka akan mengikutiku dan aku akan mengajak mereka ke arah keselamatan."
Saat itu, ia diam dan memikirkan apa yang telah dikatakannya.
Kata-kata yang diucapkannya itu mengiang di pikirannya : "Jika aku bisa menjadi salah satu dari mereka, maka aku pasti bisa menyelamatkan mereka".
Akhirnya, ia mengerti apa kasih Tuhan terhadap manusia dengan menjadi salah satu dari manusia untuk menyelamatkan manusia dan ia berlutut di atas salju dan menyesali perbuatannya.
Kiriman dari 'Domba yang hilang'.
Suara Tuhan
Seorang anak muda pergi ke sebuah tempat Pemahaman Alkitab (PA) yang diadakan pada setiap hari Rabu. Di sana sang Pendeta membawakan tema mengenai mendengarkan Tuhan dan mentaati perintah-Nya. Si anak muda, sambil menyimak kemudian bertanya-tanya di dalam hatinya "Apakah Tuhan masih berbicara kepada kita?".
Setelah kelas PA selesai, dia pergi bersama dengan beberapa temannya ke sebuah kedai kopi untuk mendiskusikan kata-kata Pendeta tadi sambil makan kue dan secangkir kopi sebelum pulang ke rumah masing-masing. Hal yang hampir sering mereka lakukan setelah PA selesai. Mereka saling memberikan kesaksian bahwa Tuhan telah memimpin hidup mereka dengan cara yang berbeda-beda.
Setelah hampir jam 10 malam, mereka keluar dari kedai tersebut untuk pulang ke rumah masing-masing.
Anak muda itupun mengendarai mobilnya pulang. Di dalam mobil dia berdoa "Tuhan, kalau Engkau masih suka berbicara kepada kami, berbicaralah kepadaku, aku akan mendengar, aku akan melakukan apapun yang aku bisa untuk mentaatinya".
Selama perjalanan pulang, dia mendadak mempunyai ide yang aneh untuk membeli satu galon susu. Dia menggelengkan kepalanya dan berkata "Tuhan, Engkaukah itu?".
Tetapi dia tidak mendengar jawaban apapun dan dia tetap berjalan pulang. Akan tetapi keinginan untuk membeli satu galon susu tersebut terus ada di kepalanya. Kemudian si anak muda ini berpikir mengenai Samuel yang tidak mengenali suara Tuhan and bagaimana Samuel berlari ketakutan menghampiri Eli.
"Baik Tuhan, kalau ini Engkau, aku akan membeli susu tersebut", pikirnya ini bukan merupakan hal yang sulit untuk suatu tes ketaatan and susu ini masih bisa dipakai untuk hal lain. Dia kemudian berhenti, membeli satu galon susu dan kembali menyetir menuju rumah.
Pada saat melewati sebuah perempatan yang menuju ke Seventh Street, dia merasa bahwa dia harus berbelok ke jalan tersebut. "Tidak mungkin" pikirnya dan dia terus menyetir melewati perempatan tersebut. Akan tetapi, kembali pikiran itu ada di kepalanya dan dia merasa bahwa dia harus berputar arah untuk kembali ke Seventh Street. Akhirnya pada perempatan berikutnya, dia memutar mobilnya dan menuju Seventh Street.
Setengah bercanda dia berteriak "Baik Tuhan, aku taat". Dia berjalan beberapa saat sebelum dia merasa bahwa dia harus berhenti. Dia berhenti dan memperhatikan sekelilingnya. Dia berada di suatu daerah pertokoan yang agak lumayan, tidak kumuh tapi juga bukan daerah yang mahal. Sudah tidak ada kegiatan sama sekali dan semua rumah di sana sudah gelap yang sepertinya semua orang sudah berada di tempat tidur.
Kembali dia merasakan sesuatu di dalam hatinya "Pergi dan berikan susu ini ke rumah yang ada di seberang jalan".
Si anak muda melihat ke rumah tersebut. Rumah tersebut sudah gelap dan tampaknya si pemilik rumah sedang pergi atau sudah tidur. Dia kembali duduk di mobilnya dan berkata "Tuhan, ini kelewatan, orang di dalam rumah tersebut sedang tidur dan kalau aku membangunkan mereka, mereka pasti marah dan aku akan terlihat seperti orang bodoh".
Akan tetapi kembali dia merasa bahwa dia harus memberikan susu ini. Akhirnya dia membuka pintu mobilnya "Baik Tuhan, apabila ini Engkau, aku akan pergi ke rumah itu dan memberikan susu ini kepada mereka. Apabila Engkau memang ingin melihat aku seperti orang bodoh, tidak apa-apa, aku ingin menjadi orang yang taat. Pasti hal ini akan ada manfaatnya, akan tetapi jika aku mengetuk pintu dan tidak ada jawaban, aku akan pergi dari sini".
Dia membuka pintu mobilnya dan menekan bel di depan pintu. Dia mendengar ada ribut-ribut di dalam rumah dan ada teriakan laki-laki "Siapa di situ? Apa maumu?".
Kemudian pintu terbuka sebelum si anak muda tersebut dapat pergi menghindar. Lelaki tersebut berdiri dengan celana jeans dan kaos oblong, sepertinya dia baru bangun dari tempat tidur. Dia tampak tidak senang melihat orang asing di depan pintu rumahnya. Si anak muda memberikan susu tersebut "Ini saya membawa susu".
Laki-laki tersebut segera mengambil susu tersebut dan sambil membawa susu tersebut ke dalam rumah dia berteriak dalam bahasa Spanyol. Kemudian seorang wanita menghampiri dan membawa susu tersebut ke dapur. Laki-laki tersebut mengikutinya sambil menggendong seorang bayi. Bayi tersebut sedang menangis. Air mata mengalir di muka lelaki tersebut. Lelaki tersebut berkata sambil setengah menangis "Kami baru saja berdoa. Kami banyak tagihan dan kami sudah tidak punya uang lagi bahkan tidak ada uang untuk membeli susu untuk bayi kami. Kami meminta Tuhan untuk menunjukkan bagaimana caranya kami dapat mendapatkan susu untuk bayi kami".
Istrinya kemudian berteriak "Kami meminta Tuhan untuk mengirimkan malaikat dengan membawa ........, hei apakah kamu seorang malaikat?"
Anak muda tersebut kemudian mengambil dompetnya dan memberikan semua uangnya ke tangan lelaki tersebut. Dia berbalik dan berjalan kembali ke mobilnya dan air matanya mengalir membasahi pipinya. Dia yakin sekarang kalau Tuhan masih menjawab doa.
God's voice
A young man went to a place of understanding the Bible (PA) held on every Wednesday. There, the Reverend brought the theme of listening to God and obey His commandments. The young man, as he listened then wonder in his heart "Does God still speak to us?".
After the PA class ended, he went with some friends to a coffee shop to discuss the words of the Reverend had while eating cake and a cup of coffee before returning to their homes. It is almost often they do after the PA is completed. They each testified that God had led their lives with a different way.
After nearly 10 hours of the night, they came out of the store to return to their homes.
The young man was driving his car home. In the car he was praying "Lord, if you still like to talk to us, talk to me, I will hear, I'll do whatever I can to obey them."
During the ride home, he suddenly had a strange idea to buy a gallon of milk. He shook his head and said "Lord, Is that you?".
But he did not hear any answer and he still walked home. But the desire to buy a gallon of milk has continued to exist in his head. Then this young man thought about Samuel who do not recognize the voice of God and how Samuel went to Eli's running scared.
"Good Lord, if this is you, I will buy the milk", she thought, this is not a difficult thing for a test of obedience and milk can still be used for other things. He then stopped, buy a gallon of milk and drove back toward home.
At the time of passing through a crossroad that leads to Seventh Street, he felt that he must turn to the street. "No way" he thought and he kept driving through the intersection. However, again there was the thought in his head and he felt that he should turn around to go back to Seventh Street. Finally at the next intersection, he turned the car around and headed down Seventh Street.
Half jokingly he yelled "Good Lord, I obey. He walked a few moments before he felt he had to stop. He stopped and watched around. He was in a shopping area rather decent, not shabby but not too expensive areas. There was no activity at all and all the house there was dark which seemed everyone was in bed.
Back he felt something in his heart "Go and give this milk to the house which is across the street."
The young people look to the house. The house was dark and apparently the landlord was away or asleep. She sat back in his car and said "God, it went too far, people in the house was asleep and if I wake them, they would be angry and I will look like fools."
But again he felt that he must give them the milk. Finally she opened her car door "Good Lord, if this you, I will go to the house and give the milk to them. If you really want to see me like a fool, that's okay, I want to be a devout man. Surely it This will be beneficial, but if I knocked on the door and no answer, I'll go from here ".
He opened the car door and rang the bell at the front door. He heard no noise inside the house and there were shouts of men "Who's there? What do you want?".
Then the door opened before the young man can go away. The man was standing with my jeans and T-shirts, like he just got out of bed. He looked unhappy to see a stranger on his doorstep. The young child feeding is "Here I bring the milk."
These men as soon as he took the milk and bring the milk to the house he shouted in Spanish. Then a woman came over and carrying the milk toward the kitchen. The men followed him in her arms a baby. The baby was crying. Tears streamed down the face man. The man said, half crying, "We were just praying. We were a lot of bills and we have no money do not even have money to buy milk for our baby. We ask God to show you how we can get the milk for our baby."
His wife then yelled "We ask the Lord to send angels to bring ........, hey are you an angel?"
The young man then took his wallet and gave all his money into the hands of man. He turned and walked back to his car and the tears flowed down her cheeks. He was convinced now that God still answers prayer.
Sent by Herlambang.
Pesan dari neraka
Suatu hari, ada seorang pemuda sedang tidur di kamarnya, dan dalam tidur itu dia bermimpi didatangi "Pesan Dari Neraka" berupa sehelai surat yang dikirim oleh sahabatnya. Si pemuda dengan ketakukan serta kebingungan membaca surat itu :
Hallo teman, aku sekarang berada di neraka, yang mana sakit sekali. Di mana panas melebihi api waktu di bumi. Aku mengirim surat ini karena aku menganggap aku berada di sini itu semua karena kamu.
Kamu berkata engkau adalah teman dekatku setiap pagi siang dan malam kita bertemu kita bekerja bersama sama, kita belajar bersama sama kita tertawa bersama sama. Padahal kamu tahu mengenai kebenaran kamu tahu bahwa manusia harus lahir baru kamu mengetahui mengenai bahwa Yesus adalah juru selamat manusia tetapi kamu tidak pernah cerita mengenai itu kepadaku.
Kamu tahu bahwa neraka adalah nyata dan benar ada kamu tahu bahwa surga juga nyata dan benar ada dan kamu juga tahu bahwa upah dosa adalah maut ...neraka. Tetapi kamu tidak pernah bercerita tentang itu kepada aku. Sekarang aku berada di api siksaan yang mana aku akan tinggal selama-lamanya di sini..
Apakah ini yang kau anggap teman, sahabat.... apakah kau puas sementara aku di neraka, kau berada di surga. Apakah kau puas aku menangis, berteriak, tersiksa, tubuhku yang dihinggapi ulat-ulat, dan api yang panas, aku sungguh kecewa dan menyesal mempunyai teman seperti engkau.
Pemuda itu terbangun dan menangis tak henti hentinya.... dan dia sadar bahwa itu hanya mimpi malam saja. Kemudian dia berjanji bahwa besok pagi dia akan bersaksi tentang Yesus, surga, neraka dll kepada sahabatnya itu.
Pagi harinya, si pemuda berada di depan pintu rumah sahabatnya. Ayah sahabatnya pun keluar.
"Bisa saya bertemu dengan anak bapak?"
"Nak, bukankah engkau tahu bahwa anak saya telah meninggal tadi malam karena kecelakaan mobil."
Sahabatku..!!
Marilah, sebelum terlambat ceritakanlah tentang Kasih Setia TUHAN pada keluarga, saudara, sahabat bahkan teman dekat kita. Amin....!!
Sent by Christ is the answer.
Rahasia 90/10
Rahasia 90/10 sungguh luar biasa! Sangat sedikit orang yang mengetahuinya dan menggunakannya. Hasilnya? Jutaan orang menderita stress yang tidak perlu, pencobaan, masalah, dan luka hati. Tampaknya tak ada yang beres dalam hidup ini.
Setiap hari merupakan hari yang buruk. Hal-hal tak menyenangkan selalu terjadi.
Stress yang terus menerus, tak ada sukacita, dan hubungan persahabatan yang retak. Waktu dipenuhi kekuatiran, kemarahan yang meretakkan persahabatan, hidup tampak suram dan tak dapat dinikmati sepenuhnya. Tak ada kawan. Hidup menjadi membosankan. Apakah Anda begitu? Bila ya, jangan patah semangat. Anda bisa berubah! Pahamilah dan gunakanlah rahasia 90/10. Ini akan mengubah hidup Anda.
Bagaimana rahasia itu?
10% hidup Anda adalah yang terjadi pada Anda yang tak dapat Anda hindari. Namun 90% hidup Anda ditentukan oleh bagaimana Anda menyikapi dan bereaksi terhadap yang 10% itu.
Apakah artinya ini? Kita tak dapat mengendalikan 10% yang terjadi pada diri kita. Kita tak dapat menghindari mobil yang rusak. Kita tak dapat menghindari pesawat yang datang terlambat, yang menyebabkan jadwal kita kacau. Anda mungkin terjebak dalam kemacetan lalu lintas. Kita tak dapat mengendalikan yang 10% ini.
Yang 90% berbeda. Anda dapat menentukan 90% sisanya ini.
Bagaimana? Dengan reaksi Anda. Anda tidak dapat mengendalikan nyala merah pada lampu pengatur lalu lintas, tetapi Anda dapat mengendalikan reaksi Anda.
Coba kita gunakan contoh ini.
Anda sedang makan pagi dengan keluarga Anda. Anak perempuan Anda menumpahkan secangkir kopi pada kemeja Anda. Anda tak dapat mengendalikan yang terjadi ini. Tetapi yang terjadi berikutnya ditentukan oleh reaksi Anda.
Anda mengumpat. Anda memarahi anak perempuan Anda karena telah menumpahkan kopi. Setelah memarahi anak Anda, Anda berganti menyalahkan isteri Anda karena meletakkan cangkir kopi itu terlalu di pinggir meja. Terjadi pertengkaran singkat. Anda bergegas naik ke atas dan mengganti kemeja Anda.
Ketika kembali ke bawah Anda mendapatkan anak Anda menyelesaikan makan paginya sambil menangis. Ketika ia siap untuk berangkat sekolah, ia sudah ketinggalan bis.
Isteri Anda harus segera berangkat bekerja. Anda harus mengantar anak Anda ke sekolah. Karena terlambat, Anda memacu mobil Anda dengan kecepatan 60 kilometer per jam di jalanan dengan batas kecepatan 45 kilometer per jam.
Setelah terlambat 15 menit dan membayar denda tilang 60 dolar, Anda sampai ke sekolah. Anak Anda lari ke gedung sekolah tanpa mengucapkan sepatah katapun pada Anda. Setelah terlambat 20 menit di kantor Anda sadar telah lupa membawa tas Anda.
Hari Anda telah dimulai dengan buruk. Ketika Anda melewati hari itu, segala sesuatu tampak makin buruk dan buruk. Tiba waktunya Anda pulang. Ketika Anda tiba di rumah ada kekecewaan dalam relasi Anda dengan isteri dan anak Anda.
Mengapa? Karena reaksi Anda pagi tadi.
Mengapa Anda mendapatkan hari yang buruk?
A. Apakah kopi yang menyebabkannya?
B. Apakah anak Anda yang menyebabkannya?
C. Apakah polisi yang menilang Anda yang menyebabkannya
D. Apakah Anda yang menyebabkannya?
Jawabnya adalah D. Anda tidak dapat menghindarkan yang terjadi dengan kopi Anda. Tetapi reaksi Anda dalam lima detik yang pertama yang menyebabkan hari buruk Anda.
Berikut ini adalah bagaimana yang bisa dan seharusnya terjadi.
Kopi menumpahi kemeja Anda. Anak Anda hendak menangis. Tetapi dengan ramah Anda berkata, “Tak apa sayang, hati-hatilah lain kali.”
Anda bergegas ke atas mengganti kemeja Anda. Ketika Anda turun, Anda melihat anak Anda lari ke bis sekolah. Ia menengok sambil tersenyum dan melambaikan tangan. Anda mengecup isteri Anda sebelum Anda berdua berangkat bekerja. Anda tiba 5 menit lebih awal dan dengan riang menyalami staf Anda. Bos Anda memuji Anda betapa baik pekerjaan Anda hari itu.
Perhatikan perbedaannya. Dua buah skenario. Keduanya berawal sama. Tetapi berakhir berbeda. Mengapa? Karena REAKSI Anda. Anda memang tidak dapat menghindari 10% yang terjadi. Tetapi sisanya yang 90% ditentukan oleh reaksi Anda.
Ini beberapa cara untuk menggunakan rahasia 90/10.
=> Bila seseorang berkata yang negatif tentang Anda, jangan marah. Jangan biarkan komentar negatif itu mempengaruhi Anda. Bereaksilah secara wajar dan janganlah merusak hari Anda. Reaksi yang salah dapat menyebabkan Anda kehilangan kawan, dipecat, menjadi stress dan sebagainya.
=> Anda kehilangan pekerjaan Anda. Mengapa harus kehilangan tidur nyenyak dan menjadi cemas. Gunakan waktu dan energi “kuatir” Anda untuk mencari pekerjaan lain.
Anda sekarang tahu rahasia 90-10. Gunakan itu dan Anda akan takjub akan hasilnya.
Yang Anda pikir, yang Anda tahu, atau yang Anda percayai, hanya berakibat kecil.
Yang memberikan akibat adalah yang Anda LAKUKAN.
Sent by Jonathan Andri (Christ is the answer).
Lili
Dahulu di negeri Cina, hiduplah seorang gadis bernama Li-Li yang menikah dan tinggal di wisma mertua indah. Dalam tempo singkat, Li-Li tahu bahwa ia tidak cocok sama sekali dengan ibu mertuanya. Karakter mereka jauh berbeda, dan Li-Li sangat berang terhadap banyak kebiasaan ibu mertuanya. Juga, mertuanya itu terus menerus mengritiknya. Hari berganti hari, begitu pula bulan berganti bulan. Li-Li dan ibu mertuanya tidak pernah berhenti berdebat dan bertengkar. Yang memperburuk suasana ialah adat kuno Cina dimana Li-Li dituntut harus selalu menundukkan kepala untuk menghormati mertuanya dan mentaati semua kemauannya. Semua kemarahan dan ketidakbahagiaan di dalam rumah itu menyebabkan kesedihan yang mendalam pada hati suami Li-Li, seorang yang berjiwa sangat sederhana. Akhirnya, Li-Li tidak bisa tahan lagi terhadap sifat buruk dan kesewenang-wenangan ibu mertuanya, dan ia benar-benar telah bertekad untuk melakukan sesuatu. Li-Li pergi menjumpai seorang teman ayahnya ya itu tuan Wang yang mempunyai Toko Obat Cina. Ia menceritakan situasinya dan minta diberikan ramuan racun untuk dapat menuntaskan masalahnya dalam sekali pukul.
Sinshe Wang berpikir keras sejenak dan akhirnya berkata:
"Li-Li saya mau membantu kamu menyelesaikan masalahmu, tetapi kamu harus mendengarkan saya dan mentaati apa yang saya sarankan." Li-Li berkata, "OK pak Wang, saya akan mengikuti apa saja yang bapak katakan yang harus saya perbuat." Sinshe Wang masuk ke ruang belakang, dan kembali beberapa menit kemudian dengan sebungkus ramuan obat. Ia berkata kepada Li-Li, "Kamu tidak bisa memakai racun keras yang mematikan seketika untuk meyingkirkan ibu mertuamu, karena hal itu akan membuat semua orang menjadi curiga. Oleh karena itu, saya memberi kamu ramuan beberapa jenis tanaman obat yang secara perlahan-lahan akan menjadi racun didalam tubuhnya. Setiap hari sediakan makanan yang enak-enak dan masukkan sedikit ramuan obat ini ke dalamnya. Maka, supaya tidak ada yang curiga saat ia mati nanti, kamu harus hati-hati sekali dan bersikap sangat bersahabat dengannya. Jangan berdebat dengannya, taati semua kehendaknya, dan perlakukan dia seperti seorang ratu."
Li-Li sangat bahagia. Ia berterima kasih kepada tuan Huang dan buru-buru pulang ke rumah untuk memulai rencananya untuk membunuh ibu mertuanya. Minggu demi minggu, bulan demi bulan telah lewat, dan setiap hari Li-Li melayani mertuanya dengan makanan yang sudah "dibumbuinya". Ia mengingat semua petunjuk tuan Wang tentang hal mencegah kecurigaan, maka mengendalikan amarahnya, mentaati ibu mertuanya dan memperlakukannya seperti ibunya sendiri. Setelah enam bulan lewat, suasana di dalam keluarga itu berubah secara drastis.
Li-Li sudah mampu mempraktekkan pengendalian amarahnya sedemikian rupa sehingga ia menemukan dirinya tidak pernah lagi marah atau kesal. Ia tidak pernah berdebat dengan ibu mertuanya selama enam bulan terakhir karena ia menemukan bahwa ibu mertuanya kini tampaknya lebih ramah dan lebih mudah untuk diajak hidup bersama.
Sikap ibu mertua terhadap Li-Li telah berubah, dan ia mulai mencintai Li-Li seperti puterinya sendiri. Ia terus menceritakan kepada kawan-kawan dan sanak familinya bahwa Li-Li adalah menantu yang paling baik yang mungkin ia peroleh. Li-Li dan mertuanya saling memperlakukan satu sama lain seperti layaknya seorang ibu dan anak yang sesungguhnya. Suami Li-Li sangat bahagia menyaksikan semua yang terjadi ini. Suatu hari, Li-Li pergi menjumpai sinshe Wang dan meminta bantuannya sekali lagi. Ia berkata, "Pak Wang yang baik, tolong saya untuk mencegah supaya racun yang saya berikan kepada ibu mertua saya jangan sampai membunuhnya! Ia telah berubah menjadi seorang wanita yang begitu baik, sehingga saya mencintainya seperti kepada ibu saya sendiri. Saya tidak mau ia sampai mati karena racun yang pernah saya berikan kepadanya." Tuan Wang tersenyum dan mengangguk-anggukkan kepalanya. "Li-Li tidak ada yang perlu kamu khawatirkan. Saya tidak pernah memberi kamu racun. Ramuan yang saya berikan kepadamu itu hanyalah ramuan penguat badan untuk memperbaiki kondisi kesehatan beliau. Satu-satunya racun yang ada ialah yang terdapat didalam pikiranmu sendiri dan di dalam sikapmu terhadapnya, tetapi semuanya itu telah disapu bersih dengan cinta yang kamu berikan kepadanya."
Sent By Domba yang hilang (Christ is the answer).
Malaikat kecil
Pada setiap Minggu siang, sesudah ibadah pagi berakhir, Pak Pendeta dengan anak laki-lakinya yang berumur 11 tahun pergi ke kota untuk membagikan traktat. Namun pada hari Minggu siang itu udara di luar terasa sangat dingin karena hujan telah menyirami bumi sejak pagi. Ketika saat untuk membagikan traktat tiba, anak laki-laki itu mulai bersiap-siap mengenakan baju hangatnya dan berkata, "Aku sudah siap, Pa!" "Siap untuk apa?" Pendeta itu menjawab. "Pa, bukankah ini waktu bagi kita untuk membagikan traktat-traktat ini?". Pendeta itu menjawab, "Nak... di luar udara sangat dingin dan hujan masih turun." Anak itu memandang papanya dengan penuh keheranan, "Tapi Pa, meskipun hujan turun, bukankah masih ada banyak orang yang belum mengenal Yesus dan mereka nanti akan masuk neraka?" Pendeta itu menjawab, "Tapi nak... aku tidak ingin pergi dalam cuaca seperti ini." Dengan sedih anak itu memohon, "Pa... aku harus pergi, boleh, kan?" Pendeta itu ragu-ragu sejenak lalu berkata, "Kamu tetap ingin pergi? Kalau begitu, ini traktat-traktatnya dan hati-hatilah di jalan, ya." "Terima kasih, Pa!!!" Lalu anak itu bergegas meninggalkan rumah dan pergi menembus hujan dan udara luar yang sangat dingin.
Anak laki-laki berusia sebelas tahun ini berjalan di sepanjang jalan jalan kota sambil membagi-bagikan traktat Injil dari rumah ke rumah. Setiap orang yang ditemuinya di jalan diberinya traktat. Sesudah 2 jam berjalan di tengah-tengah hujan, anak ini menggigil kedinginan tapi masih ada satu traktat Injil terakhir yang masih di tangannya. Lalu ia berhenti di suatu sudut jalan dan mencari seseorang yang dapat diberinya traktat, tapi jalanan itu sudah sepi sama sekali. Lalu ia menuju ke rumah pertama yang dilihatnya di ujung jalan itu. Ia berjalan mendekati pintu depan rumah itu dan membunyikan bel.
Setelah ia menekan bel, tidak ada jawaban dari dalam. Lalu ia menekan bel lagi dan lagi, tapi tetap tidak ada jawaban. Ditunggunya lagi beberapa waktu, namun masih saja tidak ada jawaban. Akhirnya, anak laki-laki ini memutuskan untuk pergi, tapi ada sesuatu yang mencegah keinginannya untuk pergi, maka sekali lagi, dia menuju pintu, menekan bel dan mengetuk pintu keras-keras dengan tangannya. Ia menunggu, ada perasaan kuat yang membuatnya tetap ingin menunggu di depan rumah itu. Dia menekan bel lagi, dan kali ini pintu itu perlahan-lahan dibuka.
Nampak seorang wanita yang berwajah sedih berdiri di depan pintu. Wanita itu dengan pelan bertanya, "Ada apa, nak? Apa yang dapat kulakukan untukmu?"
Dengan mata bersinar-sinar dan tersenyum, anak laki-laki ini berkata, "Ibu, maafkan aku karena mengganggumu, tapi aku hanya ingin mengatakan bahwa Yesus sungguh-sungguh mengasihimu, dan aku datang ke rumah ini untuk memberikan traktat Injil terakhir yang aku miliki. Traktat Injil ini akan menolong Ibu untuk dapat mengetahui segala sesuatu tentang Yesus dan Kasih-Nya yang besar."
Anak itu memberikan traktat terakhirnya kepada wanita itu dan ia segera pergi. Saat beranjak pergi, wanita itu berkata, "Terima kasih, Nak! Tuhan memberkatimu!"
Hari Minggu berikutnya, Pak Pendeta, papa dari anak laki-laki tadi, berdiri di balik mimbar dan memulai ibadahnya dengan pertanyaan, "Adakah di antara jemaat yang ingin memberikan kesaksian atau ingin membagikan sesuatu?"
Di barisan kursi paling belakang, seorang wanita terlihat perlahan- lahan berdiri. Saat ia mulai bicara, nampak wajahnya berseri-seri dan ia berkata, "Tidak satupun di antara anda yang mengenal aku. Aku belum pernah ke gereja ini sebelumnya. Anda perlu ketahui, hari Minggu yang lalu aku bukanlah seorang Kristen. Suamiku telah meninggal beberapa waktu yang lalu dan meninggalkan aku sendiri di dunia ini."
"Hari Minggu yang lalu," lanjut wanita itu, "dinginnya hatiku melebihi dinginnya cuaca dan hujan di luar rumah. Aku berpikir aku tidak kuat dan tidak sanggup lagi untuk hidup. Lalu aku mengambil tali dan sebuah kursi, kemudian naik tangga menuju ke loteng rumah. Aku mengencangkan ikatan tali kuat-kuat di palang kayu penopang atap, lalu berdiri di kursi dan mengikatkan ujung tali yang lain di leherku. Aku berdiri di kursi itu dengan hati yang hancur. Saat aku hendak menendang kursi itu, tiba-tiba bel rumahku berbunyi nyaring."
"Aku menunggu beberapa saat sambil bertanya dalam hati, 'siapakah yang membunyikan bel itu?'. Aku menunggu lagi, karena bel itu berkali- kali berbunyi dan semakin lama kedengarannya semakin nyaring, apalagi ketika terdengar ketokan pintu. 'Siapa yang melakukan hal ini?' tanyaku dalam hati, 'Tak ada orang yang pernah membunyikan bel rumah dan mengunjungiku'. Lalu aku mengendorkan ikatan di leherku dan bel yang berbunyi mengiringi langkahku menuju pintu depan di lantai bawah."
"Ketika kubuka pintu, aku hampir tidak percaya dengan apa yang aku lihat, karena di teras rumahku berdiri seorang anak anak laki-laki yang belum pernah aku lihat sebelumnya. Wajahnya berseri-seri seperti malaikat dan senyumnya... oh aku tidak dapat menggambarkannya pada anda! Dan perkataan yang diucapkannya sungguh menyentuh hatiku yang telah lama beku, 'Ibu, aku hanya ingin mengatakan bahwa Yesus sungguh- sungguh mengasihimu.' Lalu dia memberiku traktat Injil yang saat ini kupegang."
"Saat malaikat kecil itu menghilang dari rumahku, menembus dingin udara dan hujan, aku menutup pintu dan membaca setiap kata dalam traktat Injil ini. Aku kembali ke loteng untuk mengambil tali dan kursi yang akan kupakai untuk bunuh diri, karena aku sudah tidak membutuhkannya lagi. Anda lihat, sekarang aku seorang Anak Raja yang bahagia dan karena ada alamat gereja ini di bagian belakang traktat, maka aku datang ke tempat ini untuk mengucapkan terima kasih pada malaikat kecil yang datang tepat pada waktu aku membutuhkannya. Tindakannya itu telah menyelamatkan jiwaku dari hukuman neraka yang kekal."
Seluruh jemaat di gereja itu meneteskan air mata. Seiring dengan pujian syukur yang dinaikkan untuk memuliakan Raja, yang bergema di setiap sudut bangunan gereja, Pak Pendeta turun dari mimbar dan pergi menuju ke bangku di barisan depan, tempat dimana "malaikat kecil" itu duduk. Pak Pendeta itu menangis tak tertahankan dalam pelukan anaknya.
Sent by Domba yang hilang, (Christ is the answer).
Levi's
Tahukah Anda ketika demam emas sedang melanda Amerika di tahun 1848, ada seorang pemuda yang baru berusia 20 tahun berniat mengadu nasib dengan meninggalkan kota kelahirannya, New York. Namanya adalah Levi Strauss.
Di New York, Levi hanyalah seorang penjual pakaian. Ia berangkat ke California hanya berbekalkan beberapa potong tekstil yang bisa dijualnya selama menempuh perjalanan ke Barat.
Dengan modal nekat yang dimilikinya, sesampainya di California, Levi menjual semua barang yang dimilikinya kecuali segulung kanvas. Segulung kanvas? Apa gunanya kanvas? Siapa yang mau memakai pakaian yang dibuat dari kanvas? Atau memang hal itu mungkin?
Kanvas yang bagi orang tak berguna itu tak membuat Levi menyerah dan berhenti berpikir. Di California, Levi memperhatikan bahwa para pekerja tambang emas memiliki celana yang cepat sekali rusak. Satu-satunya kanvas yang dimilikinya ia gunakan untuk membuat celana kerja dan menjual celana itu kepada para penambang. Ternyata celana dari kanvas itu laku keras. Banyak penambang yang membeli celana kanvas dari Levi.
Levi sebenarnya tidak sepenuhnya suka dengan bahan kanvas. Ia pun mulai memakai bahan lain yang dipesannya dari Genoa, Italia. Para pemintal di sana menyebut bahan tersebut dengan nama “genes”. Levi mengubah nama itu menjadi “jeans”, dan mulailah ia memproduksi celana jeans pertamanya, yang diberi merk “Levi’s”.
Hanya dalam waktu singkat celana ini menjadi “pakaian resmi” para penambang dan koboi, dan akhirnya dapat kita temui sekarang sebagai “pakaian kebangsaan” banyak orang.
Sama seperti Levi, apa yang ada di tangan Anda saat ini? Jangan pernah menyerah karena Anda tidak akan pernah tahu akan menghasilkan apakah hasil kerja tangan Anda sepanjang Anda tidak menyerah dengan keadaan.
Lakukanlah semua kebaikan yang dapat Anda lakukan, dengan segala kemampuan Anda, dengan semua cara yang Anda bisa, di segala tempat, setiap saat, kepada semua orang, selama Anda bisa.
(Samuel Wesley)
sent by my friend, Lisa esther (Succes is my story).
Hal-hal kecil yang menjengkelkan
Setelah peristiwa 11 September, sebuah perusahaan mengundang karyawan dari perusahaan lain yang selamat, sedangkan sebagian besar meninggal saat terjadinya serangan atas WTC - untuk menceritakan pengalamannya.
Pada pertemuan pagi itu, pimpinan keamanan menceritakan kisah bagaimana mereka bisa selamat. Dan semua kisah itu adalah hanyalah mengenai : HAL-HAL YANG KECIL.
Kepala kemanan perusahaan selamat pada hari itu karena mengantar anaknya hari pertama masuk TK.
Karyawan yang lain masih hidup karena hari itu adalah gilirannya membawa kue untuk murid di kelas anaknya.
Seorang wanita terlambat datang karena alarm jamnya tidak berbunyi tepat waktu.
Seorang karyawan terlambat karena terjebak di NJ Turnpike saat terjadi kecelakaan lalu lintas.
Seorang karyawan ketinggalan bus.
Seorang karyawan menumpahkan makanan di bajunya sehingga perlu waktu untuk berganti pakaian.
Seorang karyawan mobilnya tidak bisa dihidupkan.
Seorang karyawan masuk ke dalam rumah kembali untuk menerima telpon yang berdering.
Seorang karyawan mempunyai anak yang bermalas-malasan sehingga tidak bisa siap tepat waktu untuk berangkat bersama-sama.
Seorang karyawan tidak memperoleh taxi.
Sedangkan satu hal yang menahan saya sendiri adalah : sebuah sepatu baru. Saya memakai sepatu baru pagi itu, dan berangkat kerja dengan bersemangat. Tetapi sebelum sampai di kantor (WTC), sepatu itu menyebabkan luka di tumit. Saya berhenti di sebuah toko obat untuk membeli plester. Inilah yang menyebabkan saya bisa tetap hidup sampai hari ini.
Sekarang, jika saya terjebak dalam kemacetan lalu lintas, ketinggalan lift, harus masuk ke rumah lagi untuk menjawab telpon ... dan semua HAL KECIL yang mengganggu - sekarang ini saya sangat memahami, bahwa Tuhan benar-benar menginginkan saya berada di sini untuk saat ini
Suatu pagi jika saudara merasa semuanya terlihat sangat kacau, anak-anak lambat berpakaian, saudara tidak bisa menemukan kunci mobil, selalu sampai di perempatan saat lampu merah menyala; jangan terburu-buru marah atau frustrasi, karena TUHAN sedang bekerja untuk menjaga kehidupan anda!
Kiranya Tuhan selalu memberkati saudara dengan semua hal-hal kecil yang tampaknya mengganggu dan semoga saudara mengingat akan maksud dari semua peristiwa kecil itu terjadi.
Sent by Chrisyandie M, (New CYI).
Bekas luka
Beberapa tahun yang lalu di musim panas, di Florida bagian selatan. Seorang anak kecil memutuskan untuk pergi berenang di sebuah danau di belakang rumahnya. Dengan tergesa-gesa dia berlari keluar pintu belakang sambil melepaskan sepatu, kaus kaki dan kaosnya, terjun ke air yang dingin. Dia berenang dan berenang terus tanpa disadarinya bahwa dia sudah berada di tengah-tengah danau. Bersamaan dengan itu, seekor buaya besar juga sedang berenang ke arah yang sama. Ibunya dari dalam rumah memandang ke arah jendela dan melihat anaknya dan buaya tersebut semakin lama semakin mendekat satu dengan yang lain. Dengan ketakutan yang luar biasa, dia berlari ke dekat pinggir danau tersebut sambil berteriak kepada anaknya dengan sekuat tenaga. Ketika mendengar teriakan ibunya, anaknya sadar dan berbalik berenang ke arah ibunya. Namun terlambat sudah. Buaya besar tersebut juga sudah berhasil menjangkau dia. Dari dermaga, ibu itu menggapai lengan anak lakinya bersamaan dengan buaya besar tersebut menyambar paha dari anaknya.Terjadilah tarik- menarik yang sangat mengerikan antara keduanya. Buaya besar tersebut jauh lebih kuat dari ibunya, namun demikian ibunya bertahan mati-matian untuk tidak menyerah dan membiarkan anaknya terlepas. Seorang petani yang kebetulan lewat di sekitar lokasi mendengar teriakan ibu tersebut, bergegas turun dari mobilnya dan menembak buaya besar itu.
Secara luar biasa setelah berminggu-minggu di rumah sakit, anak laki-laki tersebut berhasil diselamatkan dan disembuhkan. Pahanya penuh dengan bekas luka dari serangan buaya yang sangat ganas itu dan di bagian lengannya juga terdapat bekas luka cakaran dari kuku-kuku ibunya yang menancap pada daging lengannya sebagai usaha mempertahankan nyawa anaknya yang dikasihinya.
Setelah lewat masa-masa traumanya, seorang wartawan surat kabar yang mewawancarai anak laki- laki tersebut meminta dia untuk menunjukkan bekas luka-luka di pahanya. Anak tersebut kemudian mengangkat celananya, namun dia secara bangga juga berkata kepada si wartawan. "Lihat bekas luka- luka di tanganku yang diakibatkan oleh peristiwa tersebut" Ini terjadi karena ibu saya tidak pernah menyerah dan tidak mau melepaskan aku.”
Saudara dan saya dengan mudah dapat mengenali anak laki-laki tersebut. Kita semua punya bekas luka- luka, bukan dari gigitan buaya atau dari satu peristiwa yang sangat dramatis. Tetapi bekas luka- luka dari masa lalu yang sangat menyakitkan. Beberapa dari bekas luka-luka tersebut tidak dapat dikenali dari luar tapi menggoreskan penyesalan yang sangat dalam bagi kita. Namun, beberapa luka, saudaraku, adalah bekas-bekas luka karena Tuhan tidak mau menyerah atas kita. Di tengah-tengah pergumulan Anda, Dia terus bertahan untuk terus memegang Anda. Sebab Aku ini, TUHAN, Allahmu, memegang tangan kananmu dan berkata kepadamu: "Janganlah takut, Akulah yang menolong engkau." (Yesaya 41:13).
Firman Tuhan berkata bahwa Allah mengasihi Anda. Bilamana Yesus Kristus ada di dalam kehidupan Anda, Anda menjadi anakNYA. Dia sangat rindu untuk memproteksi dan menyediakan kebutuhanmu dengan cara apapun juga. Tetapi seringkali kita secara bodoh melakukan perkara-perkara yang membahayakan diri kita sendiri. kehidupan selayaknya sebuah danau tempat kita berenang, danau yang dipenuhi berbagai bahaya dan kadang kala kita lupa bahwa musuh kita sedang menunggu untuk menyerang.
Ketika peristiwa tarik-menarik terjadi, berbahagialah bilamana Anda memiliki bekas luka di lengan Anda sebagai tanda kasihNya pada Anda. Dia tidak pernah dan tidak akan sekali-kali menyerah dan membiarkan serta melepaskan anda pergi. "Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau." (Ibrani 13:5).
Dapatkah seorang perempuan melupakan bayinya, sehingga ia tidak menyayangi anak dari kandungannya? Sekalipun dia melupakannya, Aku tidak akan melupakan engkau.” Yesaya 49:15.
Sent by Domba yang hilang, (Christ is the answer).
Nyanyian seorang kakak
Kisah nyata ini terjadi di sebuah Rumah Sakit di Tennessee, AS. Seorang ibu muda, Karen namanya sedang mengandung bayinya yang kedua. Sebagaimana layaknya para ibu, Karen membantu Michael anaknya pertama yang baru berusia 3 tahun bagi kehadiran adik bayinya.
Michael senang sekali akan punya adik. Kerap kali ia menempelkan telinganya di perut ibunya. Dan karena Michael suka bernyanyi, ia pun sering menyanyi bagi adiknya yang masih di perut ibunya itu. Nampaknya Michael amat sayang sama adiknya yang belum lahir itu.
Tiba saatnya bagi Karen untuk melahirkan. Tapi di luar dugaan, terjadi komplikasi serius. Baru setelah perjuangan berjam-jam adik Michael dilahirkan. Seorang bayi putri yang cantik, sayang kondisinya begitu buruk sehingga dokter yang merawat dengan sedih berterus terang kepada Karen; bersiaplah jika sesuatu yang tidak kita inginkan terjadi. Karen dan suaminya berusaha menerima keadaan dengan sabar dan hanya bisa pasrah kepada yang Kuasa. Mereka bahkan sudah menyiapkan acara penguburan buat putrinya bila sewaktu-waktu dipanggil Tuhan.
Lain halnya dengan kakaknya Michael, sejak adiknya dirawat di ICU ia merengek terus,
“Mama, ... aku mau nyanyi buat adik kecil!” Ibunya kurang tanggap.
“Mama, ... aku pengen nyanyi!” Karen terlalu larut dalam kesedihan dan kekuatirannya.
“Mama, ... aku kepengen nyanyi!”
Ini berulang kali diminta Michael bahkan sambil meraung menangis. Karen tetap menganggap rengekan Michael rengekan anak kecil. Lagi pula ICU adalah daerah terlarang bagi anak-anak. Baru ketika harapan menipis, sang ibu mau mendengarkan Michael. Baik, setidaknya biar Michael melihat adiknya untuk yang terakhir kalinya. Mumpung adiknya masih hidup!
Namun ia dicegat oleh suster didepan pintu kamar ICU. Anak kecil dilarang masuk! Karen ragu-ragu.
“Tapi, suster.... “ Suster tak mau tahu.
“Ini peraturan! Anak kecil dilarang dibawa masuk!”
Karen menatap tajam suster itu, lalu katanya: “Suster, sebelum menyanyi buat adiknya, Michael tidak akan kubawa pergi! Mungkin ini yang terakhir kalinya bagi Michael melihat adiknya!” Suster terdiam menatap Michael dan berkata, “Tapi tidak boleh lebih dari lima menit!”
Demikianlah kemudian Michael dibungkus dengan pakaian khusus lalu dibawa masuk ke ruang ICU. Ia didekatkan pada adiknya yang sedang tergolek. Michael menatap lekat adiknya, lalu dari mulutnya yang kecil mungil keluarlah suara nyanyian yang nyaring,
"...You are my sunshine, my only sunshine, you make me happy when skies are grey ..."
Ajaib! Si adik tiba-tiba langsung memberi respon. Seolah ia sadar akan sapaan sayang dari kakaknya.
“You never know, dear, How much I love you. Please don't take my sunshine away.” Denyut nadinya menjadi lebih teratur. Karen dengan haru melihat dan menatapnya dengan tajam dan, “Terus, ... terus Michael! Teruskan sayang...” bisik ibunya.
“ ... The other night, dear, as I laid sleeping, I dream, I held you in my hands ...“ dan sang adikpun meregang, seolah menghela napas panjang. Pernapasannya lalu menjadi teratur.
“... I'll always love you and make you happy, if you will only stay the same ...” Sang adik kelihatan begitu tenang, sangat tenang.
Lagi sayang! bujuk ibunya sambil mencucurkan air matanya. Michael terus bernyanyi dan..
adiknya kelihatan semakin tenang, relaks dan damai, lalu tertidur lelap. Suster yang tadinya melarang untuk masuk, kini ikut terisak-isak menyaksikan apa yang telah terjadi atas diri adik Michael dan kejadian yang baru saja ia saksikan sendiri.
Hari berikutnya, satu hari kemudian si adik bayi sudah diperbolehkan pulang. Para tenaga medis tak habis pikir atas kejadian yang menimpa pasien yang satu ini. Mereka hanya bisa menyebutnya sebagai sebuah terapi ajaib, dan Karen juga suaminya melihatnya sebagai mujizat kasih Allah yang luar biasa, sungguh amat luar biasa! Tak bisa diungkapkan dengan kata-kata.
Bagi sang adik, kehadiran Michael berarti soal hidup dan mati. Benar bahwa memang kasih Allah yang menolongnya. Dan ingat kasih Ilahi pun membutuhkan mulut kecil si Michael untuk mengatakan "How much I love you". Dan ternyata kasih Ilahi membutuhkan pula hati polos seorang anak kecil "Michael" untuk memberi kehidupan. Itulah kehendak Tuhan, tidak ada yang mustahil bagiNya bila Ia menghendaki terjadi.
Kadang hal-hal yang menentukan, dalam diri orang lain. Datang dari seseorang yang kita anggap lemah. Hadir dari seseorang yang kita tidak pernah perhitungkan.
1Yoh 3:14
Kita tahu, bahwa kita sudah berpindah dari dalam maut ke dalam hidup, yaitu karena kita mengasihi saudara kita. Barangsiapa tidak mengasihi, ia tetap di dalam maut.
Sent by Lilin kecil (Lion of Judah).
Kisah seorang Pelukis
Suatu hari seorang pelukis terkenal sedang menyelesaikan lukisan terbaiknya dan rencananya akan dipamerkan pada suatu pesta pernikahan. Ketika menyelesaikan lukisannya ia sangat senang dan terus memandangi lukisannya yang berukuran 2x8 m. Sambil memandangi, ia berjalan mundur dan ketika berjalan mundur ia tidak melihat ke belakang. Ia terus berjalan mundur dan di belakangnya adalah ujung dari gedung tersebut yang tinggi sekali dan tinggal satu langkah lagi dia bisa mengakhiri hidupnya.
Seseorang melihat pemandangan tersebut dan bermaksud untuk berteriak memperingatkan pelukis tersebut, tapi tidak jadi karena dia khawatir si pelukis tersebut malah bisa jatuh ketika kaget mendengar teriakannya. Kemudian orang yang melihat pelukis tersebut mengambil kuas dan cat yang ada di depan lukisan tersebut lalu mencoret-coret lukisan tersebut sampai rusak. Tentu saja pelukis tersebut sangat marah dan berjalan maju hendak memukul orang tersebut. Tetapi beberapa orang yang ada disitu menghadang dan memperlihatkan posisi pelukis tadi yang nyaris jatuh.
Kadang-kadang kita telah melukiskan masa depan kita dengan sangat bagus dan memimpikan suatu hari indah yang kita idamkan. Tetapi kadangkala rencana itu tidak bisa terlaksana karena Tuhan punya maksud lain yang lebih baik. Kadang-kadang kita marah dan jengkel terhadap TUHAN atau juga terhadap orang lain. Tapi perlu kita ketahui TUHAN selalu menyediakan yang terbaik. Dia melihat segala apa yang tidak kita lihat.
Yesaya 55: 8-9 "Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman TUHAN. Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu."
Sent by Lilin kecil (Lion of Judah).
Langganan:
Postingan (Atom)