Jumat, 23 April 2010

Raja dan penasehatnya

Ada seorang raja di Afrika yang mempunyai seorang penasehat. Mereka bersahabat sejak kecil dan tumbuh bersama-sama. Penasehat raja ini mempunyai kebiasaan untuk melihat semua situasi yang terjadi dalam hidupnya dengan berkata, "Ini baik."

Suatu hari raja dan penasehatnya ini pergi berburu. Penasehat raja menaruh peluru dan menyiapkan senjata untuk raja. Penasehat itu melakukan kesalahan dalam mempersiapkan salah satu senjatanya sehingga ketika raja mau menembakkan peluru itu, ibu jarinya nya terkena dan terbakar.

Melihat situasi tersebut penasehat raja itu berkata, "Ini baik." Raja langsung berkata, "Tidak, ini tidak baik," Raja marah dan memasukkan penasehatnya itu kedalam penjara.

Satu tahun kemudian, raja berburu di tempat yang berbahaya. Dan Para kanibal menangkapnya dan membawanya ke desanya. mereka mengikat dia dan menaruh kayu disekelilingnya.

Ketika mereka mendekat untuk menyulut kayu dengan api, mereka melihat bahwa raja itu hanya punya satu ibu jari.

Karena orang-orang itu percaya tahayul dan tidak pernah makan orang yang tidak sempurna, maka mereka melepaskan raja itu dan menyuruhnya pergi begitu saja. Ketika raja sampai di istananya, ia teringat akan kejadian yang merenggut ibu jarinya Ia sangat menyesal akan apa yang Ia lakukan terhadap penasehatnya itu. Ia cepat-cepat pergi ke penjara untuk menemuinya. Raja berkata "Kamu benar, adalah baik ketika ibu jariku terbakar." Kemudian Ia menceritakan kepada penasehatnyanya apa yang telah terjadi, lalu Ia berkata "Aku sungguh-sungguh menyesal karena memenjarakan engkau di penjara ini begitu lama, hal yang ku lakukan ini adalah hal yang buruk.

Penasehat raja ini menjawab, "Tidak, ini adalah hal yang baik, Raja berkata
Apa maksudmu bahwa ini adalah hal yang baik? Bagaimana bisa baik kalau aku memenjarakan engkau, begitu lama?" penasehatnya berkata, "lihat seandainya engkau tidak memasukkan aku dalam penjara waktu itu, aku akan pergi bersama engkau dan aku akan dimakan kanibal itu."

Sent by my friend Iffon lestari (Generasi Minyak Anggur).


Meja kayu kecil

Suatu ketika, ada seorang kakek yang harus tinggal dengan anaknya.
Selain itu, tinggal pula menantu, dan anak mereka yang berusia 6 tahun.
Tangan orang tua ini begitu rapuh, dan sering bergerak tak menentu.
Penglihatannya buram, dan cara berjalannya pun ringkih.

Keluarga itu biasa makan bersama di ruang makan. Namun, orangtua
yang pikun ini sering mengacaukan segalanya. Tangannya yang bergetar
dan mata yang rabun, membuatnya susah untuk menyantap makanan. Sendok
dan garpu kerap jatuh Ke bawah. Saat si kakek meraih gelas, segera saja
susu itu tumpah membasahi taplak. Anak dan menantunya pun menjadi
gusar. Mereka merasa direpotkan dengan semua ini. "Kita harus lakukan
sesuatu," ujar sang suami. "Aku sudah bosan membereskan semuanya untuk
pak tua ini."

Lalu, kedua suami-istri ini pun membuatkan sebuah meja kecil di sudut
ruangan. Di sana, sang kakek akan duduk untuk makan sendirian, saat
semuanya menyantap makanan. Karena sering memecahkan piring, keduanya
juga memberikan mangkuk kayu untuk si kakek.

Sering saat keluarga itu sibuk dengan makan malam mereka, terdengar
isak sedih dari sudut ruangan. Ada air mata yang tampak mengalir dari
gurat keriput si kakek. Meski tak ada gugatan darinya. Tiap kali nasi
yang dia suap, selalu ditetesi air mata yang jatuh dari sisi pipinya.
Namun, kata yang keluar dari suami-istri ini selalu omelan agar ia tak
menjatuhkan makanan lagi. Anak mereka yang berusia 6 tahun memandangi
semua dalam diam. Suatu malam, sebelum tidur, sang ayah memperhatikan
anaknya yang sedang memainkan mainan kayu. Dengan lembut ditanyalah
anak itu. "Kamu sedang membuat apa?". Anaknya menjawab, "Aku sedang
membuat meja kayu buat ayah dan ibu, supaya ayah dan ibu bisa makan di sana ketika aku besar nanti.
Dan akan aku letakkan di sudut itu, dekat tempat kakek biasa makan."
Anak itu tersenyum dan melanjutkan pekerjaannya. Jawaban itu membuat
kedua orang tuanya begitu sedih dan terpukul. Mereka tak mampu
berkata-kata lagi. Lalu, airmatapun mulai bergulir dari kedua pipi
mereka. Walau tak ada kata-kata yang terucap, kedua orang tua ini
mengerti, ada sesuatu yang harus diperbaiki. Setelah peristiwa itu mereka makan bersama di
meja makan. Tak ada lagi omelan yang keluar saat ada
piring yang jatuh, makanan yang tumpah atau taplak yang ternoda. Kini,
mereka bisa makan bersama lagi di meja utama. Dan anak itu, tak lagi
meraut untuk membuat meja kayu.

Sahabat, anak-anak adalah persepsi dari kita. Mata mereka akan selalu mengamati, telinga mereka akan selalu menyimak, dan pikiran mereka akan selalu mencerna setiap hal yang kita lakukan.

Mereka adalah peniru. Jika mereka melihat kita memperlakukan orang lain dengan sopan, hal itu pula yang akan dilakukan oleh mereka saat dewasa kelak. Orangtua yang bijak, akan selalu menyadari, setiap "bangunan jiwa" yang disusun, adalah pondasi yang kekal buat masa depan anak-anak. Mari, susunlah bangunan itu dengan bijak. Untuk anak-anak kita, untuk masa depan kita, untuk semuanya. Sebab, untuk merekalah kita akan selalu belajar,bahwa berbuat baik pada orang lain, adalah sama halnya dengan tabungan masa depan.

Jika anak hidup dalam kritik, ia belajar mengutuk.
Jika anak hidup dalam kekerasan, ia belajar berkelahi.
Jika anak hidup dalam pembodohan, ia belajar jadi pemalu.
Jika anak hidup dalam rasa dipermalukan, ia belajar terus merasa bersalah.
Jika anak hidup dalam toleransi, ia belajar menjadi sabar.
Jika anak hidup dalam dorongan, ia belajar menjadi percaya diri.
Jika anak hidup dalam penghargaan, ia belajar mengapresiasi.
Jika anak hidup dalam rasa adil, ia belajar keadilan.
Jika anak hidup dalam rasa aman, ia belajar yakin.
Jika anak hidup dalam persetujuan, ia belajar menghargai diri sendiri.
Jika anak hidup dalam rasa diterima dan persahabatan, ia belajar mencari cinta di seluruh dunia.

Betapa terlihat di sini peran orang tua sangat penting karena mereka diistilahkan oleh Khalil Gibran sebagai busur kokoh yang dapat melesatkan anak-anak dalam menapaki jalan masa depannya. Tentu hari ini harus lebih baik dari hari kemarin, dan esok harus lebih baik dari hari ini dan tentu kita selalu berharap generasi yang akan datang harus lebih baik dari kita...

Posted By cl4y_m4n(AP_Forum)


Minggu, 11 April 2010

Eight lies of a mother

1.The story began when I was a child;
I was born as a son of a poor family.
Even for eating, we often got lack of food.
Whenever the time for eating, mother often gave me her portion of rice.
While she was removing her rice into my bowl,
she would say "Eat this rice, son. I'm not hungry".
That was Mother's First Lie.

2.When I was getting to grow up,
the persevering mother gave her spare time for fishing in a river near our house,
she hoped that from the fishes she got,
she could gave me a little bit nutritious food for my growth.
After fishing, she would cook the fishes to be a fresh fish soup,
which raised my appetite. While I was eating the soup,
mother would sit beside me and eat the rest meat of fish,
which was still on the bone of the fish I ate.
My heart was touched when I saw it.
I then used my chopstick and gave the other fish to her.
But she immediately refused it and said "Eat this fish, son.
I don't really like fish."
That was Mother's Second Lie.

3.Then, when I was in Junior High School,
to fund my study,
mother went to an economic enterprise to bring some used-matches boxes that would be stuck in.
It gave her some money for covering our needs.
As the winter came,
I woke up from my sleep and looked at my mother who was still awoke,
supported by a little candlelight and within her perseverance she continued
the work of sticking some used-matches box.
I said, "Mother, go to sleep, it's late,
tomorrow morning you still have to go for work.
" Mother smiled and said "Go to sleep,
dear. I'm not tired."
That was Mother's Third Lie.

4.At the time of final term,
mother asked for a leave from her work in order to accompany me.
While the daytime was coming and the heat of the sun was starting to shine,
the strong and persevering mother
waited for me under the heat of the sun's shine for several hours.
As the bell rang, which indicated that the final exam had finished,
mother immediately welcomed me and poured me a glass of tea
that she had prepared before in a cold bottle..
The very thick tea was not as thick as my mother's love,
which was much thicker. Seeing my mother covering with perspiration,
I at once gave her my glass and asked her to drink too.
Mother said "Drink, son. I'm not thirsty!".
That was Mother's Fourth Lie.

5.After the death of my father because of illness,
my poor mother had to play her role as a single parent.
By held on her former job, she had to fund our needs alone.
Our family's life was more complicated. No days without sufferance.
Seeing our family's condition that was getting worse,
there was a nice uncle who lived near my house came to help us,
either in a big problem and a small problem.
Our other neighbors who lived next to us saw that our family's life was so unfortunate,
they often advised my mother to marry again. But mother,
who was stubborn, didn't care to their advice,
she said "I don't need love.."
That was Mother's Fifth Lie.

6.After I had finished my study and then got a job,
it was the time for my old mother to retire.
But she didn't want to; she was sincere to go to the marketplace every morning,
just to sell some vegetable for fulfilling her needs.
I, who worked in the other city, often sent her some money to help her in fulfilling her needs,
but she was stubborn for not accepting the money.
She even sent the money back to me.
She said "I have enough money."
That was Mother's Sixth Lie.

7.After graduated from Bachelor Degree,
I then continued my study to Master Degree.
I took the degree, which was funded by a company through a scholarship program,
from a famous University in America .
I finally worked in the company. Within a quite high salary,
I intended to take my mother to enjoy her life in America .
But my lovely mother didn't want to bother her son,
she said to me "I'm not used to."
That was Mother's Seventh Lie.

8.After entering her old age,
mother got a flank cancer and had to be hospitalized.
I, who lived in miles away and across the ocean,
directly went home to visit my dearest mother.
She lied down in weakness on her bed after having an operation.
Mother, who looked so old, was staring at me in deep yearn.
She tried to spread her smile on her face;
even it looked so stiff because of the disease she held out.
It was clear enough to see how the disease broke my mother's body,
thus she looked so weak and thin.
I stared at my mother within tears flowing on my face.
My heart was hurt, so hurt, seeing my mother on that condition.
But mother, with her strength, said "Don't cry, my dear.
I'm not in pain."
That was Mother's Eight Lie

After saying her eighth lie, She closed her eyes forever!


"Delapan kebohongan seorang ibu"
Kesaksian anak Tuhan ;
cinta kasih seorang IbuDalam kehidupan kita sehari-hari, kita percaya bahwa kebohongan akan membuat manusia terpuruk dalam penderitaan yang mendalam, tetapi kisah ini justru sebaliknya. Dengan adanya kebohongan ini, makna sesungguhnya dari kebohongan ini justru dapat membuka mata kita dan terbebas dari penderitaan, ibarat sebuah energi yang mampu mendorong mekarnya sekuntum bunga yang paling indah di dunia.

Cerita bermula ketika aku masih kecil, aku terlahir sebagai seorang anak laki-laki di sebuah keluarga yang miskin. Bahkan untuk makan saja, seringkali kekurangan. Ketika makan, ibu sering memberikan porsi nasinya untukku. Sambil memindahkan nasi ke mangkukku, ibu berkata : "Makanlah nak, aku tidak lapar" ---------- KEBOHONGAN IBU YANG PERTAMA

Ketika saya mulai tumbuh dewasa, ibu yang gigih sering meluangkan waktu senggangnya untuk pergi memancing di kolam dekat rumah, ibu berharap dari ikan hasil pancingan, ia bisa memberikan sedikit makanan bergizi untuk petumbuhan. Sepulang memancing, ibu memasak sup ikan yang segar dan mengundang selera. Sewaktu aku memakan sup ikan itu, ibu duduk di sampingku dan memakan sisa daging ikan yang masih menempel di tulang yang merupakan bekas sisa tulang ikan yang aku makan. Aku melihat ibu seperti itu, hati juga tersentuh, lalu menggunakan sumpitku dan memberikannya kepada ibuku. Tetapi ibu dengan cepat menolaknya, ia berkata : "Makanlah nak, aku tidak suka makan ikan" ---------- KEBOHONGAN IBU YANG KEDUA

Sekarang aku sudah masuk SMP, demi membiayai sekolah abang dan kakakku, ibu pergi ke koperasi untuk membawa sejumlah kotak korek api untuk ditempel, dan hasil tempelannya itu membuahkan sedikit uang untuk menutupi kebutuhan hidup. Di kala musim dingin tiba, aku bangun dari tempat tidurku, melihat ibu masih bertumpu pada lilin kecil dan dengan gigihnya melanjutkan pekerjaannya menempel kotak korek api. Aku berkata :"Ibu, tidurlah, udah malam, besok pagi ibu masih harus kerja." Ibu tersenyum dan berkata :"Cepatlah tidur nak, aku tidak capek" ---------- KEBOHONGAN IBU YANG KETIGA

Ketika ujian tiba, ibu meminta cuti kerja supaya dapat menemaniku pergi ujian. Ketika hari sudah siang, terik matahari mulai menyinari, ibu yang tegar dan gigih menunggu aku di bawah terik matahari selama beberapa jam. Ketika bunyi lonceng berbunyi menandakan ujian sudah selesai, Ibu dengan segera menyambutku dan menuangkan teh yang sudah disiapkan dalam botol yang dingin untukku. Teh yang begitu kental tidak dapat dibandingkan dengan kasih sayang yang jauh lebih kental. Melihat ibu yang dibanjiri peluh, aku segera memberikan gelasku untuk ibu sambil menyuruhnya minum. Ibu berkata : "Minumlah nak, aku tidak haus!" ---------- KEBOHONGAN IBU YANG KEEMPAT

Setelah kepergian ayah karena sakit, ibu yang malang harus merangkap sebagai ayah dan ibu. Dengan berpegang pada pekerjaan dia yang dulu, dia harus membiayai kebutuhan hidup sendiri. Kehidupan keluarga kita pun semakin susah dan susah. Tiada hari tanpa penderitaan. Melihat kondisi keluarga yang semakin parah, ada seorang paman yang baik hati yang tinggal di dekat rumahku pun membantu ibuku baik masalah besar maupun masalah kecil. Tetangga yang ada di sebelah rumah melihat kehidupan kita yang begitu sengsara, seringkali menasehati ibuku untuk menikah lagi. Tetapi ibu yang memang keras kepala tidak mengindahkan nasehat mereka, ibu berkata : "Saya tidak butuh cinta" ----------KEBOHONGAN IBU YANG KELIMA

Setelah aku, kakakku dan abangku semuanya sudah tamat dari sekolah dan bekerja, ibu yang sudah tua sudah waktunya pensiun. Tetapi ibu tidak mau, ia rela untuk pergi ke pasar setiap pagi untuk jualan sedikit sayur untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kakakku dan abangku yang bekerja di luar kota sering mengirimkan sedikit uang untuk membantu memenuhi kebutuhan ibu, tetapi ibu bersikukuh tidak mau menerima uang tersebut. Malahan mengirim balik uang tersebut. Ibu berkata : "Saya punya duit" ----------KEBOHONGAN IBU YANG KEENAM

Setelah lulus dari S1, aku pun melanjutkan studi ke S2 dan kemudian memperoleh gelar master di sebuah universitas ternama di Amerika berkat sebuah beasiswa di sebuah perusahaan. Akhirnya aku pun bekerja di perusahaan itu. Dengan gaji yang lumayan tinggi, aku bermaksud membawa ibuku untuk menikmati hidup di Amerika. Tetapi ibu yang baik hati, bermaksud tidak mau merepotkan anaknya, ia berkata kepadaku "Aku tidak terbiasa" ----------KEBOHONGAN IBU YANG KETUJUH

Setelah memasuki usianya yang tua, ibu terkena penyakit kanker lambung, harus dirawat di rumah sakit, aku yang berada jauh di seberang samudra atlantik langsung segera pulang untuk menjenguk ibunda tercinta. Aku melihat ibu yang terbaring lemah di ranjangnya setelah menjalani operasi. Ibu yang keliatan sangat tua, menatap aku dengan penuh kerinduan. Walaupun senyum yang tersebar di wajahnya terkesan agak kaku karena sakit yang ditahannya. Terlihat dengan jelas betapa penyakit itu menjamahi tubuh ibuku sehingga ibuku terlihat lemah dan kurus kering. Aku sambil menatap ibuku sambil berlinang air mata. Hatiku perih, sakit sekali melihat ibuku dalam kondisi seperti ini. Tetapi ibu dengan tegarnya berkata : "Jangan menangis anakku, aku tidak kesakitan" ----------KEBOHONGAN IBU YANG KEDELAPAN.

Setelah mengucapkan kebohongannya yang kedelapan, ibuku tercinta menutup matanya untuk yang terakhir kalinya.

Dari cerita di atas, saya percaya teman-teman sekalian pasti merasa tersentuh dan ingin sekali mengucapkan : " Terima kasih ibu ! " Coba dipikir-pikir teman, sudah berapa lamakah kita tidak menelepon ayah ibu kita? Sudah berapa lamakah kita tidak menghabiskan waktu kita untuk berbincang dengan ayah ibu kita? Di tengah-tengah aktivitas kita yang padat ini, kita selalu mempunyai beribu-ribu alasan untuk meninggalkan ayah ibu kita yang kesepian. Kita selalu lupa akan ayah dan ibu yang ada di rumah.
Jika dibandingkan dengan pacar kita, kita pasti lebih peduli dengan pacar kita. Buktinya, kita selalu cemas akan kabar pacar kita, cemas apakah dia sudah makan atau belum, cemas apakah dia bahagia bila di samping kita. Namun, apakah kita semua pernah mencemaskan kabar dari ortu kita? Cemas apakah ortu kita sudah makan atau belum? Cemas apakah ortu kita sudah bahagia atau belum? Apakah ini benar? Kalau ya, coba kita renungkan kembali lagi. Di waktu kita masih mempunyai kesempatan untuk membalas budi ortu kita, lakukanlah yang terbaik. Jangan sampai ada kata "MENYESAL" di kemudian hari.

Sent by my friend, Tamara Theresia S (Cahaya K.K.R).

Tentara dan laba-laba

Pada saat Perang Dunia ke 2, ada seorang tentara Amerika yang terpisah dari unitnya di sebuah pulau di Pasifik.

Sementara dia sendirian di dalam hutan, dia mendengar tentara musuh mulai mendekati tempat persembunyiannya. Berusaha untuk bersembunyi, dia mulai naik ke sebuah bukit dan menemukan beberapa gua di sana. Secara cepat dia merangkak masuk ke dalam salah satu gua. Dia merasa aman untuk sementara, namun dia menyadari jika tentara musuh melihatnya merayap ke atas bukit, mereka pasti akan segera memeriksa semua gua dan membunuhnya.

Dalam gua itu, dia mulai berdoa kepada Tuhan," Tuhan, jika ini kehendak-Mu, tolong lindungi aku. Apapun yang terjadi, aku tetap mencintai-Mu dan mempercayai-Mu. Amin."

Setelah berdoa, dia bertiarap dan mulai mendengar tentara musuh mulai mendekatinya. Dia mulai berpikir,"Baiklah, aku kira Tuhan tidak akan menolongku dari situasi ini." Kemudian dia melihat seekor laba-laba mulai membangun jaring di depan gua persembunyiannya. Sementara dia mengawasi dan mendengar tentara musuh yang sedang mencarinya, lala-laba itu terus membentangkan benang-benang jaring di pintu masuk gua.

Dia terkejut dan berpikir," Yang aku butuhkan sekarang adalah sebuah tembok pertahanan, mengapa Tuhan malah memberi sebuah jaring laba-laba. Pasti Tuhan sedang bercanda." Dari kegelapan gua, dia melihat musuh mulai mendekat dan memeriksa setiap gua. Dia bersiap-siap untuk melakukan perlawanan terakhirnya, namun ada yang membuatnya heran karena tentara musuh hanya melihat sekilas ke arah gua persembunyiannya setelah itu mereka pergi begitu saja.

Tiba-tiba dia menyadari bahwa ternyata jaring laba-laba yang ada di pintu gua telah membuat gua itu terlihat seperti belum ada seseorang yang memasukinya. Karena kejadian itu, dia berdoa dan minta ampun kepada Tuhan karena sudah meragukan pertolongan Tuhan." Tuhan, ampunilah aku. Aku lupa bahwa di dalam Engkau, jaring laba-laba menjadi lebih kuat dari dinding beton."

Dalam hidup ini pun kita sering menganggap bahwa Tuhan harus menyediakan hal yang besar dan dasyat untuk menolong hidup kita. Tetapi kita sering lupa bahwa di dalam Tuhan hal yang kecil dan remeh bisa dipakai untuk menolong kita.

GBU.


Sent by my friend, Erny Zhq (Brigade Inti Jaringan Anggota Kristus).
Sumber: spiritual-short-stories.com

Jumat, 09 April 2010

A blind girl

There was a blind girl who hated herself because she was blind. She hated everyone, except her loving boyfriend. he was always there for her. She told her boyfriend, 'If I could only see the world, I will marry you.'

One day,
someone donated a pair of eyes to her. When the bandages
came off, she was able to see everything, including her
boyfriend.


He asked
her,'Now that you can see the world, will you marry me?' The
girl looked at her boyfriend and saw that he was blind. The
sight of his closed eyelids shocked her. She hadn't expected
that. The thought of looking at them the rest of her life
led her to refuse to marry him.



Her
boyfriend left in tears and days later wrote a note to her
saying: 'Take good care of your eyes, my dear, for before
they were yours, they were mine.'



This is
how the human brain often works when our status changes.
Only a very few remember what life was like before, and who
was always by their side in the most painful situations.



Life Is a
Gift



Today
before you say an unkind word - Think of someone who can't
speak.



Before
you complain about the taste of your food - Think of someone
who has nothing to eat.



Today
before you complain about life - Think of someone who went
too early to heaven.



Before
whining about the distance you drive Think of someone who
walks the same distance with their feet.



And when
you are tired and complain about your job - Think of the
unemployed, the disabled, and those who wish they had your
job.



And when
depressing thoughts seem to get you down - Put a smile on
your face and think: you're alive and still
around.

Sent by my friend, Evangelist Naeem (Good Samaritan Ministries).

Menatap dinding kosong

Ada dua orang pasien pria yang menderita sakit parah. Mereka dirawat di rumah sakit yang sama.

Pria pertama diizinkan duduk di tempat tidurnya setiap sore selama satu jam. Tujuannya adalah agar cairan dari paru-parunya bisa dikeluarkan. Tempat tidurnya terletak di dekat satu-satunya jendela yang ada di kamar itu.

Sedang pria yang kedua harus selalu berbaring dalam keadaan terlentang. Karena di antara dua tempat tidur ada dinding pemisah yang cukup tinggi, pria yang tidur terlentang tidak bisa melihat ke jendela.

Kedua orang pria tersebut sering mengobrol. Macam-macam hal yang mereka bicarakan. Dari mengenai istri, keluarga, rumah, pekerjaan, wajib militer sampai tempat-tempat yang dikunjungi saat liburan. Sore hari, saat pria yang menempati tempat tidur dekat jendela diizinkan duduk, dia bercerita ke teman sekamarnya. Ia melaporkan apa-apa yang dilihatnya di balik jendela.

Pria yang hanya bisa terlentang lama-kelamaan bisa menikmati cerita temannya. Selama satu jam sehari, cara pandangnya diperluas dan dihidupkan kembali dengan mendengarkan tentang kegiatan dan warna-warni dunia luar.

Jendela itu menghadap ke sebuah taman. Di taman itu juga ada sebuah danau yang indah dengan bebek-bebek dan angsa-angsa yang berenang di atasnya. Anak-anak bermain dengan mainan kapal layarnya. Pasangan suami isteri yang sedang dimabuk asmara berjalan sambil bergandengan tangan di antara bunga-bunga yang berwarna-warni bagaikan warna pelangi. Beberapa pohon besar tumbuh di atas rerumputan. Pemandangan indah kota terlihat dari kejauhan.

Pria yang berada di dekat jendela menceritakan semua ini dengan amat rinci. Pria yang mendengarkan, menutup matanya sambil membayangkan pemandangan- pemandangan yang dituturkan rekannya.

Di suatu hari yang cukup terik, pria yang menempati tempat tidur dekat jendela melaporkan tentang sebuah pawai yang lewat di sana . Pria yang kedua tidak bisa mendengar musik bandnya. Namun, dia bisa melihat mereka dengan mata batinnya. Ia seakan melihat badut-badut yang menari-nari, bendera yang berwarna-warni serta mobil dan kuda yang dihias.

Hari pun berlalu. Di dalam hati pria yang tidak bisa melihat ke jendela diam-diam timbul rasa iri atas cerita-cerita yang disampaikan oleh teman sekamarnya, karena dia ingin sekali melihat sendiri semua yang diceritakannya. Dia pun mulai membenci teman sekamarnya, karena dia ingin sekali melihat sendiri semua yang diceritakannya. Dia pun mulai membenci teman sekamarnya dan merasa frustasi. Dia juga ingin menempati tempat tidur di dekat jendela!

Pada suatu pagi seorang juru rawat masuk ke kamarnya. Pria yang ditempatkan di dekat jendela ditemukan meninggal dengan tenang pada saat tidur.

Dengan rasa sedih dia memanggil pegawai rumah sakit untuk memindahkan jenazahnya.

Setelah dianggap tepat waktunya, pria yang masih dirawat menanyakan apakah dia bisa dipindahkan ke tempat tidur dekat jendela. Perawat tidak berkeberatan untuk memindahkannya dan setelah yakin pasiennya dalam posisi yang aman, dia meninggalkannya sendirian.

Pelan-pelan, sambil menahan rasa sakit, dia berupaya mengangkat tubuhnya dengan satu siku lengannya untuk melihat pertama kalinya dunia di luar jendela.

Ia pikir, akhirnya dia bisa juga menikmati kebahagiaan saat melihat taman di luar dan semua kegiatan yang ada. Dia berusaha untuk melongok..

Namun ia menjadi amat terkejut karena ternyata yang dilihatnya hanyalah dinding yang kosong.

Dia segera memanggil suster dan bertanya, “Bagaimana teman sekamar saya bisa melihat semua yang diceritakannya kepada saya? Bagaimana dia bisa menceritakan kepada saya tentang segala keindahan sampai yang sekecil-kecilnya, padahal saya hanya melihat dinding batu bata yang kusam!”

Perawat itu menjawab, “Lho, memang Bapak tidak tahu? Mantan teman sekamar Bapak kan BUTA, jadi dinding pun tidak mungkin bisa dilihatnya.” Kemudian sang perawat menambahkan, “Mungkin dia hanya ingin membesarkan hati Bapak saja.”


Apakah Anda bisa merasakan emosi yang terkandung dalam cerita ini?
Apakah pernah terpikir oleh Anda untuk menukar posisi Anda dengan posisi orang lain
Karena merasa iri kepada orang tersebut. Apakah Anda pernah merasa demikian kecewa,
misalnya Anda menyangka sesuatu itu begitu indah, tetapi kenyataannya tidak seperti yang Anda bayangkan? Apakah Anda pernah diberi kata-kata pemberi semangat, tetapi Anda tidak pernah mau mensyukurinya?

Kalau hidup Anda terobsesi oleh segala yang dimiliki orang lain, maka Anda tidak merasakan indahnya hal-hal yang akan diberikan oleh orang lain kepada Anda.

DI ZAMAN SEKARANG INI BANYAK SEKALI ORANG YANG INGIN MEMILIKI APAPUN YANG DIMILIKI OLEH ORANG LAIN. Ingin suami atau istri seperti yang dimiliki orang lain, ingin pekerjaan seperti pekerjaan orang lain, ingin penghargaan seperti yang telah diterima orang lain, ingin popularitas seperti yang diraih oleh orang lain, rumah yang dimiliki orang lain, posisi yang dimiliki oleh orang lain.

SERING PULA MEREKA INGIN HAL-HAL YANG MEREKA ANGGAP ADA DIDALAM DIRI ORANG LAIN. Misalnya, kebahagiaan, rasa memiliki tujuan, kedamaian pikiran, rasa cinta dan kenyamanan. Yang sebenarnya adalah bahwa di setiap situasi pasti ada masalah, di setiap kehidupan pasti ada rintangan, di setiap hubungan pasti ada kesulitan, di setiap kesempatan pasti ada tantangan atau masalah yang berat. Pada dasarnya, pada setiap aspek yang positif selalu ada tandingannya yang bersifat negatif. Karena itu, tidak mungkin ada orang yang bebas dari masalah kehidupan.

Kalau begitu, bagaimana sikap kita dalam menghadapi hal ini?

# Jadilah orang yang PANDAI BERSYUKUR untuk apa yang SUDAH ANDA MILIKI saat ini.

# Bersikaplah positif atas semua keadaan, karena KEBAHAGIAAN itu bukan diluar diri tetapi ADA di DALAM DIRI.

(Dari buku ‘Piano on the Beach’ karangan Jim Dornan)

JBU ALL
Sent by my friend, Yohana lina susanti (Generasi Minyak Anggur).

Roda kereta Firaun ditemukan

Masih ingat dengan kisah mukjizat Nabi Musa yang membelah laut merah dengan tongkatnya? Jika salah satu diantara anda menganggap kisah tersebut hanya merupakan dongeng belaka, sekarang mari kita simak tulisan dibawah ini.

Seorang Arkeolog bernama Ron Wyatt (lihat di http://www.wyattmuseum.com/ron-wyatt.htm ) pada ahir tahun 1988 silam mengklaim bahwa dirinya telah menemukan beberapa bangkai roda kereta tempur kuno di dasar laut merah.

Menurutnya, mungkin ini merupakan bangkai kereta tempur Firaun yang tenggelam di lautan tsb saat digunakan untuk mengejar Musa bersama para pengikutnya.



Menurut pengakuannya, selain menemukan beberapa bangkai roda kereta tempur berkuda, Wyatt bersama para krunya juga menemukan beberapa tulang manusia dan tulang kuda ditempat yang sama.

Temuan ini tentunya semakin memperkuat dugaan bahwa sisa-sisa tulang belulang itu merupakan bagian dari kerangka para bala tentara Fir'aun yang tenggelam di laut Merah.

Apalagi dari hasil pengujian yang dilakukan di Stockhlom University terhadap beberapa sisa tulang belulang yang berhasil ditemukan, memang benar adanya bahwa struktur dan kandungan beberapa tulang telah berusia sekitar 3500 tahun silam,dimana menurut sejarah, kejadian pengejaran itu juga terjadi dalam kurun waktu yang sama.





Selain itu, ada suatu benda menarik yang juga berhasil ditemukan yaitu poros roda dari salah satu kereta kuda yang kini keseluruhannya telah tertutup oleh batu karang, sehingga untuk saat ini bentuk aslinya sangat sulit untuk dilihat secara jelas.

Mungkin Allah sengaja melindungi benda ini untuk menunjukkan kepada kita semua bahwa mukjizat yang diturunkan kepada Nabi-nabiNya merupakan suatu hal yang nyata dan bukan merupakan cerita karangan belaka.

Diantara beberapa bangkai kereta tadi,ditemukan pula sebuah roda dengan 4 buah jeruji yang terbuat dari emas. Sepertinya, inilah sisa dari roda kereta kuda yang ditunggangi oleh Firaun sang raja.

Sekarang mari kita perhatikan gambar diatas,


Pada bagian peta yang dilingkari (lingkaran merah),menurut para ahli kira-kira disitulah lokasi di mana Nabi Musa bersama para kaumnya menyebrangi laut Merah. Lokasi penyeberangan diperkirakan berada di Teluk Aqaba di Nuweiba.


Kedalaman maksimum perairan di sekitar lokasi penyeberangan adalah 800 meter di sisi ke arah Mesir dan 900 meter di sisi ke arah Arab. Sementara itu di sisi utara dan selatan lintasan penyeberangan (garis merah) kedalamannya mencapai 1500 meter.
Kemiringan laut dari Nuweiba ke arah Teluk Aqaba sekitar 1/14 atau 4 derajat, sementara itu dari Teluk Nuweiba ke arah daratan Arab sekitar 1/10 atau 6 derajat.


Diperkirakan jarak antara Nuweiba ke Arab sekitar 1800 meter.Lebar lintasan Laut Merah yang terbelah diperkirakan 900 meter.

Dapatkah kita membayangkan berapa gaya yang diperlukan untuk dapat membelah air laut hingga memiliki lebar lintasan 900 meter dengan jarak 1800 meter pada kedalaman perairan yang rata2 mencapai ratusan meter untuk waktu yang cukup lama, mengingat pengikut Nabi Musa yang menurut sejarah berjumlah ribuan? (menurut tulisan lain diperkirakan jaraknya mencapai 7 km, dengan jumlah pengikut Nabi Musa sekitar 600.000 orang dan waktu yang ditempuh untuk menyeberang sekitar 4 jam).

Menurut sebuah perhitungan, diperkirakan diperlukan tekanan (gaya per satuan luas) sebesar 2.800.000 Newton/m2 atau setara dengan tekanan yang kita terima jika menyelam di laut hingga kedalaman 280 meter.


Jika kita kaitkan dengan kecepatan angin,menurut beberapa perhitungan, setidaknya diperlukan hembusan angin dengan kecepatan konstan 30 meter/detik (108 km/jam) sepanjang malam untuk dapat membelah dan mempertahankan belahan air laut tersebut dalam jangka waktu 4 jam!!!sungguh luar biasa, Allah Maha Besar.

Catatan : Mengenai penemuan Wyatt ini, bisa dilihat dalam situs : http://www.wyattmuseum.com/red-sea-crossing-04.htm




Sent by my friend, Yohana lina susanti, (Generasi Minyak Anggur).
JBU

Minggu, 04 April 2010

"Tulisan di atas pasir"

Ini sebuah kisah tentang dua orang sahabat karib yang sedang berjalan melintasi gurun pasir. Di tengah perjalanan, mereka bertengkar dan salah seorang menampar temannya. Orang yang kena tampar merasa sakit hati, tapi dengan tanpa berkata-kata, dia menulis di atas pasir: "Hari ini, sahabat terbaikku menampar pipiku."

Mereka terus berjalan sampai akhirnya menemukan sebuah oasis. Mereka memutuskan untuk mandi. Orang yang pipinya kena tampar dan terluka hatinya, mencoba berenang namun nyaris tenggelam, tapi dia berhasil diselamatkan oleh sahabatnya. Ketika dia siuman dan rasa takutnya sudah hilang, dia menulis di sebuah batu: "Hari ini, sahabat terbaikku menyelamatkan nyawaku."

Orang yang menolong dan menampar sahabatnya, bertanya "Kenapa setelah saya melukai hatimu, kau menulisnya di atas pasir dan sekarang menuliskan ini di batu?" Sambil tersenyum temannya menjawab, "Ketika seorang sahabat melukai kita, kita harus menulisnya di atas pasir agar angin maaf datang berhembus dan menghapus tulisan itu. Dan bila sesuatu yang luar biasa baik terjadi, kita harus memahatnya di atas batu hati kita, agar takkan pernah bisa hilang tertiup angin."

Dalam hidup ini ada kalanya kita dan orang terdekat kita berada dalam situasi yang sulit, yang kadang menyebabkan kita mengatakan atau melakukan hal-hal yang menyakiti satu sama lain. Juga terjadinya beda pendapat dan konflik karena sudut pandang yang berbeda. Oleh karena itu, sebelum kita menyesal di kemudian hari, cobalah untuk saling memaafkan dan melupakan masa lalu.


Sent by my friend, Dolvine Penguine.

Belajarlah menulis di atas pasir...

"Rahasia ilmu sang guru"

Konon di suatu negri di daratan Cina, terdapat sebuah perguruan yg terkenal. Di dalam perguruan ini tinggal seorang guru yg dikenal sakti dan berilmu tinggi, juga tinggal beberapa murid yg berlatih ilmu bela diri & ketahanan tubuh.
Di antara semua murid, ada seorang murid yg paling disayangi oleh sang guru. Murid ini mempunyai kelebihan khusus dari murid lain, dalam waktu singkat murid ini sudah bisa menguasai berbagai ilmu yg diajarkan sang guru.
Suatu ketika murid yg disayangi sang guru ini datang menemui sang guru, ia berkata, "guru engkau tahu muridmu ini sudah berlatih disini beberapa tahun dan aku juga sudah menguasai dengan baik ilmu yg guru ajarkan, sekarang bolehkah muridmu ini turun gunung?...karena aku sangat ingin melihat dunia luar dan menjumpai keluargaku."
Beberapa saat sang guru memperhatikan muridnya, kemudian ia berkata, "bukankah rumahmu sangat jauh dari sini?...setidaknya engkau harus memasuki hutan yg lebat, menyebrangi sungai & menyusuri lembah... mungkin saja engkau menghadapi orang yg jahat dalam perjalananmu."
Maka sang murid ini menjawab, "Jangan khawatir guru, ilmu yg guru ajarkan, aku kira sudah lebih dari cukup untuk aku berjaga-jaga dari orang yg akan berbuat jahat kepadaku."
"Baiklah jika engkau memang bersikeras dengan niatmu itu, namun demikian sebelum engkau pergi, guru akan mengajarkan ilmu yg terakhir, guru berharap engkau bisa menguasai ilmu ini, setelah itu, barulah guru mengijinkan engkau pergi", kata sang guru.
Dengan bersemangat murid ini menjawab, "baik guru, cepat ajarkanlah ilmu itu kepadaku."
Dengan mengambil sikap berdiri tegap sang murid bersiap menerima bimbingan sang guru. Tetapi sang guru itu berkata kepada muridnya, "ambillah sebuah kertas di meja itu, dan duduklah dekat guru, engkau akan belajar melalui kertas itu."
"Sebuah kertas, guru!", dengan keheranan murid ini menuruti perintah gurunya mengambil kertas itu & duduk di dekat gurunya.
Lalu guru itu berkata, "sekarang bukalah dua ujung jarimu, hanya ibu jari dan jari telunjuk". Setelah itu sang guru mengangkat sebuah kertas berukuran persegi yg tidak terlalu besar, dan memegangnya di antara kedua jari muridnya itu, dan berkata, "lihatlah, guru akan melepas kertas ini dan engkau harus bisa menangkapnya."
"itu sangat mudah, guru", jawab sang murid.
Beberapa saat guru ini tidak melepas kertas itu, muridnya mulai tidak sabar dan berkata kepada sang guru, " cepat guru, bukankah guru akan melepas kertas itu?".
"baik, tunggulah sejenak", jawab sang guru. Beberapa saat kemudian sang guru melepas kertas itu, sang murid tidak menyadari dan ia gagal menangkap kertas itu.
Beberapa kali hal itu dilakukan sang murid tidak bisa menangkap kertas itu. Sampai suatu ketika sang murid bisa menangkap kertas itu. Sang guru menguji dengan cara demikian berulang-ulang dan dalam banyak kali di coba sang murid hanya bisa menangkap kertas itu satu-dua kali saja.
Maka bertanyalah sang guru kepada muridnya, "apakah engkau sudah tahu, mengapa engkau hanya bisa menangkap kertas itu, satu-dua kali saja ketika guru melepasnya?"
Mendengar pertanyaan sang guru, murid itu menjawab, "mungkin aku kurang cepat & tangkas sehingga seringkali kertas itu tidak bisa aku tangkap, hanya satu-dua kali aku bisa melakukannya".
Mendengar perkataan muridnya, sang guru berkata, "kurang tepat jawabmu itu, engkau tidak bisa setiap kali menankap kertas itu, hanya satu-dua kali saja, karena engkau tidak sehati dengan gurumu ini, jika engkau hanya mengandalkan kecepatan dan ketangkasan, mungkin dalam sepuluh kali guru melepas kertas, engkau bisa menangkapnya sembilan kali, tetapi ada satu kali pasti engkau tidak bisa menangkap kertas itu, ilmu yg guru ajarkan ini, guru menyebutnya ilmu sehati"
Beberapa saat kemudian sang guru berkata lagi, "sekarang pegang kertas ini ditangan kananmu dan dengan cara yg sama tangan kirimu pasti bisa menangkap kertas itu ketika tangan kananmu melepas kertas itu, bahkan engkau selalu bisa menangkap kertas itu sekalipun dengan mata tertutup, karena tangan kanan & tangan kirimu ada dalam satu hati".
"Perhatikanlah, tangan kanan & kirimu selalu berdekatan dan ada dalam satu tubuh, engkau akan memahami bahwa dengan kedekatan, engkau akan bisa memahami sikap dan karakter seseorang".
"ingat bahwa engkau kurang sabar ketika guru beberapa saat tidak melepas kertas itu, padahal untuk mengusai ilmu ini selain diperlukan kedekatan/kesehatian juga diperlukan ketenangan serta konsentrasi yang tinggi, dengan ketenangan engkau akan lebih fokus daripada selalu agresif menyerang terlebih dahulu."
Mendengar penjelasan sang guru, murid ini mengangguk-angguk seraya mencermati penjelasan gurunya.
Demikian setelah peristiwa itu, sang murid masih tinggal di perguruan tersebut selama beberapa tahun lamanya, namun demikian selama beberapa tahun itu sang murid menjalin hubungan lebih dekat dengan gurunya, dan karakternya berubah lebih tenang dan ia nampak lebih bijaksana.
-----------------
Saudaraku, pelajaran penting bisa kita petik dari cerita di atas, bahwa hubungan kita dengan Allahpun demikian, yaitu memerlukan kedekatan/kekariban sehingga kita bisa mengetahui kehendak/isi hati Allah. Jika kita tinggal di dalam Allah & Roh Allah itu tinggal dalam tubuh kita sebagai baitNya 'yg kudus' seharusnya kita tahu isi hati Allah, karena kita sangat dekat dengan Allah. Seperti ada firman yg mengatakan,
'sebab roh itu menyelidiki segala sesuatu, bahkan segala sesuatu yg tersembunyi dalam diri Allah."
Kedekatan dengan Allah juga bisa dibangun dengan sering berkomunikasi dengan baik, tetapi jika jiwa kita (pikiran, perasaan & kehendak) tidak tenang, kita akan sulit berkomunikasi dengan baik. Ingatlah firman ini,
"dengan bertobat dan tinggal diam, kamu akan diselamatkan, dalam tinggal tenang dan percaya terletak kekuatanmu" (Yesaya 30: 15).

Tuhan Yesus memberkati.

Written by  ~A, 2010.